Foto: lokakarya pembuatan boneka jerami Memedhen Gadhu (Mondes/Dian) JEPARA – Mondes.co.id | Di tengah gempuran teknologi modern, kesenian tradisional yang sarat makna kearifan lokal, tetap memiliki daya pikat tersendiri.
Salah satunya adalah Memeden Gadhu, sebuah boneka sawah atau orang-orangan sawah tradisional yang terbuat dari jerami.
Di sudut belakang Pendopo Kabupaten Jepara yang sekarang menjadi Museum R.A Kartini Jepara, semangat Mbah Juri (73), warga Desa Kepuk, Kecamatan Bangsri mengajarkan para pengunjung yang datang untuk membuat boneka jerami.

Di usianya yang sudah senja, Mbah Muh Juri tak sedikit pun kehilangan keterampilan dan semangatnya.
Tangannya yang cekatan masih terampil menyusun gumpalan demi gumpalan jerami, merangkainya menjadi figur utuh yang siap menjaga hamparan padi dari serangan burung.
Ini merupakan rangkaian Semarak Museum R.A Kartini Jepara yang dilaksanakan sejak Kamis (11/12/2025).
Ratusan pengunjung sangat antusias mengikuti lokakarya pembuatan boneka jerami atau Memeden Gadhu bersama Sang Maestro.
Para peserta tampak antusias mengikuti setiap instruksi yang diberikannya.
Mereka bukan hanya belajar teknik melilit dan mengikat jerami, tetapi juga mendalami filosofi di balik sosok Memeden Gadhu.
“Memeden Gadhu ini bukan sekadar boneka, Nak. Ini adalah penanda musim tanam, sekaligus penghormatan kita pada alam. Jerami yang tadinya sisa, sekarang jadi penjaga sawah,” tutur Mbah Juri sambil tersenyum hangat, memperlihatkan contoh Memeden Gadhu buatannya yang sudah berdiri tegak.

Seperti memilih jerami yang lentur, teknik mengikat kepala agar tidak mudah copot, hingga membentuk kerangka tubuh agar seimbang, semuanya membutuhkan kesabaran dan ketelitian.
Para peserta juga diajarkan bagaimana membuat perbedaan boneka jerami yang menyerupai laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Semuanya tampak menikmati.
Mbah Juri tampak telaten memperagakan cara merangkai rangka bambu dan jerami hingga menyerupai sosok orang-orangan.
Dengan sigap, ia menunjukkan cara membentuk jari, hidung, hingga detail tubuh lainnya.
Anak-anak yang menonton dibuat terpukau, bahkan beberapa langsung memainkan boneka yang baru mereka buat sambil mendalang spontan.
Mbah Juri menjelaskan, Memeden Gadhu atau orang-orangan sawah, dibuat untuk mengusir burung dan tikus ketika padi mulai mrapu (menguning).
Biasanya, boneka jerami itu ditancapkan di tiap sudut sawah, dilengkapi kaleng susu berisi batu yang jika tertiup angin menghasilkan bunyi untuk menakuti hama.
“Kalau sawahnya kecil, biasanya dipasang sekitar dua puluhan memedhen,” ujarnya.
Mbah Juri berharap, kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan agar warisan budaya membuat Memeden Gadhu tidak punah ditelan zaman.
Ia menekankan bahwa ini adalah cara yang baik untuk mengajarkan anak muda menghargai proses, memanfaatkan bahan alami, dan mendekatkan diri pada akar budaya pertanian.
Dengan pelatihan ini, para peserta mengakui proses pembuatannya ternyata jauh lebih asyik dan menantang dari yang mereka bayangkan sebelumnya.
“Senang bisa membuat Memeden Gadhu. Biasanya hanya melihat di sawah,” ungkap Padika Tirta sama, siswa SMP N 1 Jepara yang ikut pelatihan.

Pemuda Desa Kepuk, Joko Jafar Shodiq (30), menambahkan bahwa Memeden Gadhu telah lama menjadi ikon kebanggaan warga, utamanya dalam balutan festival.
Tradisi ini berasal dari proses mengkreasikan dami (jerami) padi gadu yang ditanam pada musim kemarau.
Menggambarkan siklus tanam warga yang bisa berlangsung dua hingga tiga kali setahun.
Pada puncak festival yang digelar setiap Senin Pahing di bulan Apit, seluruh warga membuat memeden dan memasangnya berjejer dari ujung barat hingga selatan, khususnya RT 3 dan RT 4 Desa Kepuk.
“Harapannya, anak muda tetap mencintai warisan leluhur dan budaya ini tidak hilang,” katanya.
Dijelaskan lebih lanjut, festival tersebut nantinya juga akan menghadirkan pameran instalasi sekitar seribu memeden yang dipasang keliling kampung, menjadi simbol kedekatan masyarakat dengan tradisi bertani.
Termasuk tari kolosal yang diperankan 80 penari dari berbagai usia, serta pagelaran seni tradisi seperti wayang, emprak, dan kesenian lokal lainnya.
Tak hanya seni pertunjukan, dalam festival nantinya juga digelar lokakarya dan ‘njagong budaya’ sebagai wadah belajar teknologi tradisional bagi anak-anak, sekaligus ruang dialog perkembangan tradisi Jepara.
“Puncak acara menghadirkan arak-arakan memeden dan tumpeng raksasa menuju punden leluhur sebagai wujud rasa syukur dan pengikat kebersamaan warga,” ucapnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara Ali Hidayat mengatakan, kegiatan lokakarya Memeden Gadhu ini sekaligus ajang mengenalkan kembali tradisi agraris yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia tahun 2025.
“Kegiatan membuat Memeden Gadhu ini tidak hanya memberikan hasil berupa boneka jerami yang unik, tetapi juga pengalaman interaksi langsung dengan Mbah Juri, seorang penjaga tradisi yang kaya akan cerita dan kearifan lokal,” ujar Ali Hidayat.
Kegiatan semacam ini, akan sering dilaksanakan di Museum R.A Kartini, untuk memberikan edukasi sekaligus pelestarian tradisi dan budaya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar