Angka Perkawinan Anak di Trenggalek Turun, Peran Pemdes Cukup Signifikan

waktu baca 2 menit
Selasa, 25 Nov 2025 12:30 0 28 Heru Wijaya

TRENGGALEK – Mondes.co.id | Angka perkawinan anak di Trenggalek mengalami penurunan, hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran pemerintah desa (Pemdes).

DBHCHT TRENGGALEK

Data itu disampaikan dalam rapat monitoring dan evaluasi (Monev) bersama Pemprov Jatim.

Menurut Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin bahwa kehadiran Pemdes saat memfasilitasi proses pernikahan, benar-benar terasa dampaknya.

Ketika calon pengantin dinilai belum memenuhi syarat, maka disampaikan edukasi.

Salah satunya, kepala desa tidak memberikan tanda tangan pengesahan.

“Faktor penurunannya didominasi atas keterlibatan desa. Sebab, tanda tangan kepala desa itu penting. Formulir N1 sebagai syarat untuk mendaftarkan pernikahan di Pengadilan Agama, tanpa tanda tangan Kades otomatis tidak berlaku. Sehingga kepedulian pihak desa itu benar-benar efektif,” sebut Nur Atifin.

Untuk progres penurunan di Trenggalek, lanjut dia, sejak launching program pada tahun 2021 lalu, sebagaimana data setahun berikutnya (2022) memang sangat baik.

Seperti Kecamatan Panggul, awalnya hampir diangka 5%, sekarang tinggal nol koma sekian.

Kemudian, di Munjungan yang dulunya 6% sekarang menjadi satu koma.

“Yang Kecamatan Kampak, awalnya 5% saat ini menjadi nol koma,” imbuhnya.

Jadi, lanjut Gus Ipin sapaan akrab bupati muda itu, angka penurunannya drastis.

Kasusnya tiap tahun menurun hampir 60% -70%.

Akumulasi kasus awal mencapai hampir 90, sekarang tinggal 30-an.

Maka, diusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jatim agar mendorong gerakan desa 0 perkawinan anak.

Meski di tengah penurunan anggaran fiskal daerah, namun tetap didorong melalui Gerakan Desa 0 Perkawinan Anak.

BACA JUGA :  Mantan Sekdes Cendono Diduga Tersandung Korupsi, Kerugian Negara Nyaris Rp1 Miliar

Mengingat, pernikahan perlu dipersiapkan dengan matang, agar ke depannya tidak menimbulkan masalah baru.

Dengan begitu, mulai dari kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi, kemudian juga dari sisi kesehatan, bisa ditekan.

“Sedangkan hambatan paling terasa adalah ‘married by accident‘. Jadi pengawasan pergaulan anak perlu jadi perhatian dan prioritas para orang tua. Walau semua orang tua pasti punya kepentingan masing-masing, namun sebisa mungkin tetap memberikan pengawasan ekstra bagi anak. Termasuk kepedulian anggota keluarga yang lain,” harap Gus Ipin.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini