KUDUS – Mondes.co.id | Semangat dan kreativitas yang membara mengejar impian sebagai seorang fashion designer terus membara di jiwa anak muda ini. Dengan tekad yang kuat, ia mengukir jejaknya di industri mode dengan desain yang inovatif dan gaya yang memikat.
Ia adalah Fatma Umi Ma’rufah (23), yang merintis karir sebagai fashion stylist sejak 2019 silam.
Setiap hari melakukan jobdesk-nya dalam mendesain baju, membuat pola, penerapan teknik pemasangan busana, bahkan menjahit. Dengan tanggung jawab tersebut, Fatma menuangkan ide dalam sebuah karya. Ia pun kerap berkesempatan melakukan interaksi dengan para desainer-desainer kenamaan yang ada di Indonesia.
Diketahui, Fatma seringkali menjadi fashion stylist di berbagai brand ternama yang ada di Kabupaten Kudus. Kemudian, ia kembangkan brand sendiri dengan gagasan luar biasa yang dimilikinya. Ia juga mempromosikan fashion rancangannya melalui konten-konten di media sosial.
“Hal yang membuat saya tertarik di dunia fashion yaitu bisa menuangkan semua ide-ide dalam sebuah karya busana. Banyak banget manfaatnya, karena gak semua orang bisa berkesempatan untuk menuangkan ide dalam sebuah karya bahkan bisa berinteraksi langsung dengan para desainer besar Indonesia,” ucap wanita asal Desa Dorang, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara.
Bakat yang dimiliki sudah terlatih secara turun-temurun dari keluarga. Ketika belia, ia mengaku sering iseng membantu orang tua menjahit. Barulah pasca Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia menekuni konsentrasi Tata Busana sampai di bangku perguruan tinggi.
“Dari keluarga emang sudah ada keturunan bisa ngejahit, nenek dan ibu saya. Dan waktu kecil itu emang sering ngrecokin orang tua buat coba-coba ngejahit di kain perca. Dari situ memutuskan setelah lulus SMP masuk di sekolah yang jurusannya Tata Busana dan berlanjut sampai kuliah,” kata Fatma kepada Mondes.co.id, belum lama ini.
Jenis busana yang dirancang, di antaranya busana pesta dan busana pengantin. Saat ini, Fatma tengah mengelola bisnis desain fashion miliknya sendiri, yakni Fatma Atelier.
“Keterampilan yang harus saya kuasai itu mendesain baju, membuat pola, menjahit, dan membuat aplikasi busana. Saya sudah menekuni itu sejak lama, dan kini saya sedang mengelola brand saya sendiri sejak 2019. Karya busana yang saya rancang jenisnya busana pesta dan pengantin,” paparnya.
Gadis yang berdomisili di perbatasan antara Kabupaten Kudus dan Jepara itu memiliki berbagai prestasi yang membanggakan. Pada tahun 2023, Fatma diketahui pernah menjadi peserta terbaik pertama di ajang Young Fashion Designer tingkat nasional.
Pada tahun tersebut, ia juga menjadi peserta terbaik pertama Fashion Drawing. Serta di tahun yang sama, ia dinobatkan sebagai alumni Balai Latihan Kerja (BLK) Inspiratif Indonesia. Selain raihan prestasi tersebut, ia pun mengantongi sertifikasi LSP dengan kualifikasi fashion drawing dan menjahit busana modis.
Di tengah padatnya agenda, ia harus membagi waktu di antara berbagai job yang yang ada. Seharian ia melangsungkan pekerjaannya non stop. Ditambah, ia ingin menciptakan karya rancangan busana dengan kualitas yang bagus.
“Kalau sibuk mengerjakan job lain maupun usaha saya sendiri maka harus bisa membagi waktu antara kerjaan satu dengan kerjaan lainnya, dengan cara misalnya pagi kerjain A, malamnya harus bisa pegang kerjaan B,” bebernya.
Menurutnya, peningkatan mutu busana jadi indikator yang disoroti, karena telah banyak saingan brand-brand baju yang dijualbelikan di marketplace. Ia menarget mampu mengembangkan, serta membesarkan brandnya agar lebih dikenal publik dengan kualitas terbaik.
Dirinya menghadapi tantangan dengan usaha keras menjalin kerja sama dengan berbagai desainer dan brand lain, di antaranya Arabelle Scarf dan Nadheera Luxury. Selain itu, dengan cara ikut ajang fashion yang ada di Indonesia.
“Tantangan di masa sekarang ya bertarung sama baju-baju yang ada di marketplace, tapi hal itu gak bikin saya hilang percaya diri karena kualitas yang berbicara. Target saya ke depan yaitu ingin mengembangkan dan membesarkan brand saya sendiri agar lebih bisa dikenal masyarakat tanpa harus melihat harga tapi yang dilihat kualitas,” tegasnya.
Menjalani profesinya, Fatma berupaya memberi pemahaman masyarakat bahwa lingkup desain sangat luas, karena tak melulu soal jahitan saja. Ia menekankan hal itu karena kerap mendapat cemooh dari orang-orang yang masih menganggap desainer sebagai pekerjaan yang rendahan.
“Kendala yang sering banget saya temui adalah cemooh orang terhadap passion saya. Sekolah tinggi-tinggi yang dianggap percuma ketika menjadi penjahit, padahal desain juga bisa mengarah fashion stylish,” ucapnya.
Ia berharap brandnya mampu berkembang pesat hingga internasional.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar