Foto: Kelas Pelajar Mengukir Angkatan 5 di Jepara (Mondes/Dian) JEPARA – Mondes.co.id | Menjaga eksistensi ukir Jepara, Yayasan Pelestari Ukir Jepara membuka kelas mengukir bagi para pelajar.
Sebanyak 19 siswa dari berbagai sekolah SMP di Jepara selesai mengikuti Kelas Pelajar Mengukir Angkatan 5 baru-baru ini.
Kegiatan tersebut berlangsung di Galeri Peluk kawasan Pantai Kartini Jepara.
Peserta berasal dari SMPN 1 Bangsri, SMPN 1 Mlonggo, SMPN 1 Pecangaan, SMPN 1 Tahunan dan juga dari SDN 3 Kawak.
Di samping itu, empat hari terakhir ini juga ada kelas mengukir bagi wisatawan yang diikuti oleh seorang pelaku wisata dari Karimunjawa yang khusus belajar mengukir.
Kegiatan yang berlangsung di Galeri Yayasan Pelestari Ukir Jepara di Pantai Kartini ini, menghadirkan instruktur Sutrisno, Ali Afendi, Sri Bathi, Artiningsih, dan Iwan Safana.
Kelas Pelajar Mengukir ini diselenggarakan oleh Yayasan Pelestari Ukir bersama Paguyuban Pengukir Perempuan R.A. Kartini dan Sungging Prabangkara.
Tujuannya untuk mengenalkan keterampilan mengukir hingga tumbuh minat dan kecintaan para pelajar terhadap seni ukir.
Adi Sasono Kepala SMPN 1 Tahunan, mengaku mendukung kegiatan tersebut.
“Karena itu kami mengirim 5 siswa untuk belajar di galeri tersebut yang diampu oleh para instruktur yang memiliki kompetensi mengajar seni ukir,” ujarnya.
Sementara Handoko, guru seni rupa SMPN 1 Bangsri yang dua hari mendampingi siswanya memberikan apresiasi terhadap dibukanya kelas Pelajar Mengukir.
“Ini langkah nyata untuk mengenalkan seni ukir di kalangan pelajar,” tegasnya.
Namun, ditambahkannya, upaya ini juga perlu tindak lanjut dan kesinambungan pembinaan.
Kegiatan Pelajar Mengukir yang berlangsung pun begitu semarak.
Sekitar 10 wisatawan dari berbagai negara mengunjungi galeri tempat anak-anak belajar mengukir, sembari menunggu jadwal keberangkatan ke Karimunjawa.
Ketua Umum Yayasan Pelestari Ukir Jepara, Hadi Priyanto mengajak kalangan pengusaha yang banyak menanamkan investasinya di Jepara, untuk bersedia ambil bagian dalam upaya pelestarian budaya Jepara, utamanya seni ukir yang jika dibiarkan bisa semakin menurun jumlahnya.
“Ini juga selaras dengan ketentuan yang mengatur tentang CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan,” ujar Hadi Priyanto.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar