dirgahayu ri 80

Perjalanan Petani Padi Asal Jaken yang Beralih ke Tembakau

waktu baca 2 menit
Senin, 25 Agu 2025 16:01 0 84 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Petani padi di Desa Kebonturi, Kecamatan Jaken awalnya menanam padi.

Namun, semenjak musim berganti, kini beralih ke tanaman tembakau.

Ia adalah Sudarto yang tengah sibuk menyirami tanaman tembakau di lahan miliknya.

Petani Jaken ini mulai menanam tembakau sejak 2019 silam, tepatnya saat musim kemarau tiba.

Pasalnya, tanaman padi sering gagal panen, dikarenakan kesulitan air.

“Karena memang untuk daerah sini, daerah tadah hujan, ketika musim tanam yang ke-2, setelah padi kita mau budi daya lainnya sulit, misalnya padi lagi tentu tidak bisa, terus kalau yang palawija kacang hijau itu juga dari hasil ekonomisnya juga sangat rendah. Jadi tembakau menjadi pilihan yang bagus,” tuturnya.

Menurutnya, menanam tembakau banyak keuntungan yang dia dapatkan, dari segi tanamannya tidak perlu banyak air.

Selain itu, harganya cenderung bagus jika dibandingkan dengan padi.

Ia mengungkapkan, untuk keuntungannya sendiri bisa mencapai tiga sampai empat kali lipat.

“Pertama tembakau tidak butuh banyak air. Dari segi ekonomisnya dari tanaman yang lain, ibaratnya Padi dua kali masih kalah dengan yang tembakau satu kali,” terangnya.

“Memang untuk tembakau hasilnya tiga sampai empat kali lipat dari padi,” sambungnya.

Dari tahun 2019 hingga 2025 ini, ia mengatakan, hasil paling maksimal yang pernah dirasakan ada di tahun 2023.

Di saat itu, menanam tembakau terbilang mudah, serta cuacanya mendukung.

“Untuk tanaman tembakau yang sangat manis rasanya itu tahun 2023. Di tahun itu masa keemasan tembakau di wilayah Jaken terutama, karena tahun itu budi daya sangat mudah terus ketika panen ada cuaca panas, terus harganya juga sangat bagus,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Jepara In Fashion 2025, Panggung Ekspresi Masyarakat

Lebih lanjut, tahun 2025 ini, kebalikannya tahun 2024 yang terdapat banyak air.

Bahkan, ia menyebut sudah menanam tiga kali, dikarenakan tanaman tembakau kebanjiran.

“Tahun 2025 ini kebalikannya di tahun 2024, terlalu banyak air, jadi tanaman tembakau yang sudah ditanam petani, saya sudah tanam bulan April itu kebanjiran, selanjutnya setelah kebanjiran tanam kembali bulan Mei kebanjiran lagi, ini baru yang ketiga untuk lahan ini,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini