Kopi Obrok, Strategi Millenial Trenggalek Gerakkan Perekonomian

waktu baca 3 menit
Minggu, 20 Jul 2025 18:45 0 71 Heru Wijaya

TRENGGALEK – Mondes.co.id | Beberapa Millenial Bumi Menaksopal mencoba peruntungan raup cuan dengan berjualan ‘kopi obrok’ (motor dengan gerobak samping dari kayu).

Dengan menggunakan sepeda motor, anak-anak muda kreatif tersebut merubah spot pinggiran sungai jadi lokasi nongkrong.

Kebetulan, sejumlah spot sawah di sudut-sudut Kota Kripik Tempe ini, menampilkan pemandangan cukup menarik dan Instragramable.

Apalagi ketika senja menjelang atau ketika menyongsong matahari tenggelam (sunset).

Salah satunya di pinggiran sungai sepanjang jalur Desa Sukorame, Kecamatan Gandusari.

Di situ, ada seorang kreatif membawa kendaraan bermotor yang dimodifikasi untuk bisa digunakan berjualan berbagai jenis minuman ringan.

Ternyata antusiasme konsumen cukup bagus, karena di lokasi itu cukup ramai pengunjung. Meski hanya sekedar duduk-duduk ngopi ataupun menikmati suasana alam.

Di seputar area itu, selain aliran air yang jernih, dapat terlihat hamparan sawah dan padi menghijau.

Didukung oleh udaranya yang sangat sejuk, diiringi semilir angin menjelang datangnya petang.

Ditambah lagi muda-mudi yang berjajar, duduk di pinggiran aliran drainase dengan segelas kopi di depan mereka.

Belum lagi, keberadaan pengunjung yang semakin ramai ketika beberapa di antaranya bersenda gurau sambil mengabadikan momen dengan berswafoto serta ‘ngonten’ sinematografi sore.

Salah satu penjual kopi obrok, Adi Santoso (24) warga Desa Sukorame, kepada Mondes.co.id mengatakan jika awalnya dirinya hanya ingin mencoba peruntungan dengan membuka lapak tersebut.

“Awalnya coba-coba aja mas, karena saya liat lokasi ini cukup bagus sebagai spot foto. Apalagi saat senja dengan ditemani oleh secangkir kopi. Kan sekarang lagi musim dikota-kota lain,” sebut Adi, Minggu, 20 Juli 2025.

BACA JUGA :  Kuliner Lokal Jepara Semakin Variatif, Yuk Intip Menu

Didukung suasana alaminya yang representatif.

Lokasi pun terbilang juga mudah untuk diakses, di pinggir jalan alternatif penghubung antar dua kecamatan yakni Pogalan dan Gandusari.

“Tidak pernah terbayangkan kalau bisa seramai ini. Dahulu awalnya ya sepi gitu, beberapa hari hanya 1 atau 2 pelanggan. Tapi Alhamdulillah, ternyata lama kelamaan dikenal orang, sehingga bisa ramai terutama setelah Ashar,” imbuhnya.

Menurut dia, setelah berjalan sekitar 2 bulan sudah menunjukan perkembangan yang signifikan.

Hingga kini, bila dihitung-hitung tiap hari mampu menjual hingga 80 sampai 120 cup (gelas kertas), baik dari jenis kopi ataupun minuman ringan lain.

“Alhamdulillah, setelah dua bulan bisa terlihat hasilnya mas. Terkadang mampu terjual 120 cup. Bahkan, sekarang harus mengajak teman untuk membantu jualan,” ujar anak muda kreatif ini.

Sementara itu, Depi (28) seorang pengunjung yang datang bersama teman-teman sebayanya menambahkan, bahwa dilokasi tersebut suasana memang nyaman.

Selain belum terlalu terdampak polusi, banyak pula muda-mudi yang nongkrong. Sehingga, semakin menambah ramai suasana.

“Di sini, selain cukup lengkap sajian minuman serta makanan ringannya juga sekalian untuk cuci mata. Pemandangannya bagus, terus ramai pengunjung muda-mudinya. Bikin betah,” pungkas pemuda yang mengaku sebagai ketua salah satu komunitas motor itu.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini