Istimewa, Balita 3 Tahun di Pati Sudah Khatam Alquran

waktu baca 4 menit
Sabtu, 28 Jun 2025 15:33 0 166 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Mengaji menjadi sarana untuk belajar memperkaya ilmu dan amal bagi umat Islam.

Mengaji membekali diri manusia di dunia maupun di akhirat, sebagaimana umumnya dilakukan oleh Muslim yang taat agama.

Cerita menarik datang dari kecamatan paling ujung timur Kabupaten Pati, yakni di Desa Gajahkumpul, Kecamatan Batangan.

Terdapat seorang anak bawah usia lima tahun (balita) yang mampu mengkhatamkan Alquran di usianya yang masih 3 tahun 7 bulan, namanya Hilya Nafisa Mikayla.

Diketahui, Nafisa menyelesaikan Qiro’ati, Alquran, Tajwid, Ghorib, hafalan surah, dan hafalan doa harian di usia yang masih belia.

Pada Selasa, 24 Juni 2025 lalu, Nafisa resmi menuntaskan Taman Pendidikan Qur’an (TPQ).

Ibu dari Nafisa, Ikka Nurlita mengungkapkan jika sang buah hati mulai diikutkan mengaji sejak usia 2,5 tahun.

Setiap hari, ia mengikutkan Nafisa program TPQ yang berada di TPQ Nurul Huda, Desa Gajahkumpul.

Kemudian, pada malam harinya Nafisa tetap mengaji bersama dengan ustazah maupun sang ibu, berfokus pada Alquran dan hafalan surah.

“Nafisa mulai masuk TPQ saat usianya 2,5 tahun. Dulu cuma sekolah di sore hari aja, tapi ketika ada peraturan terbaru yaitu TPQ pagi, Nafisa kemudian ikut program tersebut. Sehingga sekolahnya TPQ pagi dan sore, serta di malam harinya mengaji Alquran dan hafalan bareng ustazahnya,” ujar Ikka kepada Mondes.co.id, Sabtu, 28 Juni 2025.

Sebagai informasi, awalnya Nafisa mengaji di TPQ Nurul Huda yang berada di Desa Gajahkumpul.

BACA JUGA :  Perpustakaan Keliling Berharap Tak Terdampak Efisiensi Anggaran 

Selanjutnya, ketika imtas ia dicarikan tempat mengaji yang menggunakan metode Qiro’ati, yakni di TPQ Raudhotul Qur’an di Desa Batursari, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati.

Pada usia balita, potensi Nafisa telah diasah.

Ia memiliki kemampuan ingatan yang baik melalui kebiasaanya dalam belajar Alquran di berbagai metode, sehingga ia mampu menjadi anak teladan meski usianya masih belum sampai usia sekolah.

Menurut sang bunda, Nafisa sendiri tipe anak yang cocok dengan gaya belajar auditori.

Ia melanjutkan, anak usia balita bisa mampu dilatih sejak dini, asalkan tetap diiringi dengan usaha dan doa yang kuat.

“Hal yang menurutku menarik adalah anak usia balita memang sering diremehkan bacaannya kurang fasih, mana bisa anak segitu diimtaskan? Tapi nyatanya kalau kita husnudzon kepada Allah, kita percaya bahwa anak kita mampu, dan ikhtiar ternyata Allah mampukan kita,” tuturnya.

Dalam mendidik anak, Ikka menjauhkan Nafisa dari penggunaan handphone, bahkan ketika sekeluarga mengoperasikan handphone, dijauhkan dari jangkauan anak.

Ia sekeluarga mengajarkan Nafisa pola hidup teratur dan disiplin, maka hal inilah yang membiasakan Nafisa mudah diarahkan untuk hal-hal positif seperti membaca doa, hafalan surah, pola maka, pola tidur, dan berperilaku sehari-hari.

“Sejak kecil saya tidak mengenalkan Nafisa HP (handphone), bahkan kami sebagai orang tua sudah sepakat tak mainan HP di depan dia, begitupun orang rumah yang kami beri tahu untuk tidak mengajari Nafisa HP. Karena menurut kami begitu anak kecanduan, dia akan sulit diarahkan dan kebanyakan sering tantrum,” ungkapnya.

Kedua orang tuanya telaten mengatur kegiatan sehari-hari anak lucu dan imut tersebut.

“Kami juga menerapkan pola disiplin waktu, sehingga tahu aturan jam-jam dia harus melakukan apa selama di rumah sambil diajari dengan baca doa, baca surah, dan hafalan yang diajari di sekolahan. Karena doa sehari-hari juga sering dilakukan, seperti doa sebelum makan, sesudah makan, sebelum tidur, itu juga sering kita bacakan sebelum dia sekolah TPQ agar ia terbiasa,” ucap Ikka.

BACA JUGA :  KKL di Lapas Pati, Mahasiswa UIN Sunan Kudus Diharap Mampu Bantu Pembinaan Kepribadian WBP

Yang membedakan pola asuh yang diterima Nafisa dibandingkan balita lainnya, yaitu pola asih fun learning.

“Orang tua yang mengantar ngaji juga kunci utamanya karena kalau gak semangat nganter, juga anak tidak bisa maju. Hujan pun Nafisa tetap diantar ngaji sampai kadang cuma dia saja yang masuk di TPQ. Kami mempola kegiatan anak sehari-hari, dan belajar di rumah sambil bermain (fun learning),” sambungnya.

Nafisa juga seperti anak-anak pada umumnya, kalau lagi tidak mood juga tidak mau mengaji, tidak mau membaca, menangis ketika terjadi sesuatu yang tak disukai.

Namun, ketika moodnya bagus, Nafisa bisa baca banyak, penurut, dan cepat menangkap materi dari ustazah.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini