Tingwe, Budaya Rokok Lama yang Tumbuh Subur Kembali 

waktu baca 3 menit
Minggu, 1 Jun 2025 17:59 0 238 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Masyarakat Jepara mempunyai tren baru dalam hal merokok tembakau.

Tingwe adalah tren melinting rokok sendiri yang kian populer di kalangan perokok. Tren ini muncul sebagai respons atas mahalnya harga rokok pabrikan, akibat kenaikan cukai yang terus terjadi.

Bagi mereka (perokok), tingwe menjadi alternatif yang lebih terjangkau untuk bisa menikmati rokok.

Meskipun fenomena ini masih pro dan kontra dari berbagai pihak.

Jika merunut dari asal bahasa, tingwe adalah akronim dari Bahasa Jawa “nglinting dewe” yang artinya melinting sendiri.

Istilah tingwe juga merujuk pada kegiatan meracik dan melinting rokok secara mandiri menggunakan tembakau iris, kertas papir, dan bahan tambahan lainnya sesuai selera.

Berbeda dengan rokok pabrikan yang sudah siap hisap, tingwe membutuhkan proses pembuatan sendiri oleh penikmatnya.

Perokok harus meracik campuran tembakau, memilih jenis kertas pembungkus, hingga melinting rokok dengan tangan.

Hasilnya adalah rokok lintingan yang bisa disesuaikan komposisi dan rasanya sesuai preferensi masing-masing.

Salah satu alasan mereka berpindah menggunakan tingwe karena tingginya harga rokok pabrikan dan memaksa mereka mencari alternatif lain.

‎Tidak sedikit yang kini beralih ke rokok golongan bawah, bahkan memilih tingwe sebagai solusi agar tetap bisa merokok tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

‎Rokok yang sebelumnya bisa dibeli dengan harga Rp20 ribu per bungkus kini naik hingga lebih dari Rp35 ribu.

Hal ini membuat banyak perokok harus memutar otak agar tetap bisa menikmati rokok tanpa menguras dompet.

BACA JUGA :  Hari Bhayangkara ke-79, Kapolresta Pati Tekankan Penguatan Komitmen Pelayanan

‎“Dulu saya beli rokok yang biasa Rp22 ribu, sekarang sudah hampir Rp40 ribu. Kalau setiap hari beli, ya berat di ongkos. Makanya sekarang saya pilih rokok murah atau linting sendiri pakai tembakau,” ujar Daryanto, warga Kuwasen kabupaten Jepara, Minggu (1/06/2025).

‎Meskipun harus bersaing dengan rokok elektrik maupun rokok kemasan, namun nyatanya penggemar rokok tingwe sendiri terus tumbuh.

‎Masih stabilnya penikmat rokok tingwe di kalangan masyarakat ini dirasakan sendiri oleh Agus Supriyanto, seorang  pemilik toko rokok tingwe yang berlokasi di Dukuh Tempur RT 40/RW 7 Desa Kecapi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

‎Agus Supriyanto sudah berkecimpung sebagai penjual rokok tingwe sejak 2020 dengan menjual beragam jenis tembakau rajangan dari berbagai merek dengan beragam kualitas dan cita rasa, seperti rasa rokok kemasan yang sudah populer serta rasa aneka buah-buahan.

‎Saat ini ada banyak pilihan jenis dan rasa untuk tembakau rokok tingwe.

Untuk jenis tembakau yang paling favorit itu ada merk Surya supreme, Samsoe refill, dan Surya ORI. Rata-rata pelanggan lebih suka itu.

‎Saat ini, rata-rata Agus Supriyanto mengaku mampu mendistribusikan atau menjual tembakau tingwe antara 50-70 kilogram per bulannya. Tembakau ini diambil dari Malang, Nganjuk, Pasuruan, Kudus, dan Cilacap.

‎”Sebenarnya rokok tingwe ini, kan budaya lama kita juga. Jadi secara tidak langsung dengan rokok tingwe ini kita sudah ikut melestarikan budaya kita,” ujarnya.

‎Dari segi rasa tidak jauh berbeda dengan rokok pabrikan. Dari segi harga, jauh lebih hemat kalau pakai tingwe. Paling murah Rp30 ribu dapat satu ons. Satu ons itu kalau dilinting bisa jadi minimal 80 batang atau lebih.

‎Selain sebagai alternatif mahalnya rokok kemasan, menurutnya, rokok tingwe ini dapat menjadi pilihan tepat bagi penikmat tembakau Tanah Air daripada harus membeli rokok ilegal tanpa cukai karena merupakan perbuatan yang melanggar hukum.

BACA JUGA :  Tanam Pohon di Wukirsari, Upaya Hijaukan Pegunungan Kendeng

‎Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini