REMBANG – Mondes.co.id |Alun-alun Kota Rembang, yang selama ini dikenal sebagai pusat kegiatan masyarakat dan daya tarik wisata kuliner, kini menjadi sorotan negatif. Keluhan dari seorang peserta anonim di media sosial mengenai keberadaan pengamen dan pengemis.
Keberadaan mereka dianggap mengganggu kenyamanan pengunjung kuliner di area tersebut viral dan memicu beragam komentar dari warganet.
Unggahan tersebut dengan cepat menyebar dan mendapatkan perhatian luas. Dalam postingannya, pengunggah anonim tersebut mengungkapkan keresahannya terkait aktivitas pengamen dan pengemis.
Kehadiran mereka terlalu sering menghampiri para pengunjung yang sedang menikmati hidangan di sekitar alun-alun. Hal ini dianggap mengurangi kenyamanan dan ketenangan suasana yang seharusnya dinikmati oleh para penikmat kuliner.
Keluhan tersebut langsung direspon oleh sejumlah warganet dengan nada yang senada. Akun dengan nama Chin Kuan Tay dalam komentarnya menuliskan harapannya agar pihak berwenang memberikan perhatian serius terhadap permasalahan ini.
“Semoga mendapat perhatian serius berwenang karena ini bisa menentukan maju atau tidaknya wisata di suatu tempat,” tulisnya.
Pendapat serupa juga dilontarkan oleh akun Kurnanto Kasan. Ia bahkan berharap agar para pedagang di sekitar alun-alun turut berperan aktif dalam mencari solusi.
“Sangat setuju… syukur-syukur para pedagang juga ikut cawe-cawe karena sedikit banyak yang mau kuliner jadi malas makan di alun-alun karena merasa tidak nyaman dan akhirnya pedagangnya kena imbas sepi pengunjung,” tulisnya.
Lebih lanjut, akun Dian Kartika membagikan pengalaman pribadinya yang kurang menyenangkan saat berkunjung ke alun-alun.
“Ya betul lagi duduk wedang jahe belum habis di minum karena panas udah habis 20 ribu, ngamen dan ngemis ya enggak apa-apa tapi itu ritmenya terlalu rengket. Akhirnya belum habis kita cabut bingung udah enggak punya uang 2 ribuan,” keluhnya.
Komentar lain dari akun Ni’matul Rohmah juga memperkuat keluhan mengenai perilaku sebagian pengamen dan pengemis.
“Betul kalau enggak di kasih marah-marah,” katanya, mengindikasikan adanya tekanan atau bahkan intimidasi yang dirasakan oleh pengunjung jika tidak memberikan uang.
Fenomena ini menjadi perhatian bagi berbagai pihak. Alun-alun sebagai ruang publik seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi semua kalangan, termasuk para wisatawan dan warga lokal yang ingin menikmati suasana dan kulinernya.
Keberadaan pengamen dan pengemis di ruang publik memang merupakan isu kompleks yang seringkali melibatkan faktor ekonomi dan sosial. Namun, jika aktivitas mereka sampai mengganggu kenyamanan dan bahkan menimbulkan rasa tidak aman bagi pengunjung, maka perlu adanya tindakan yang terukur dan bijaksana dari pihak terkait.
Pemerintah Kabupaten Rembang, melalui dinas terkait seperti Dinas Sosial, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, diharapkan dapat segera merespons keluhan ini.
Beberapa langkah yang mungkin bisa dipertimbangkan antara lain peningkatan pengawasan dan penertiban di area alun-alun, sosialisasi yang humanis kepada para pengamen dan pengemis, serta mungkin program pemberdayaan ekonomi alternatif bagi mereka yang membutuhkan.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) saat di hubungi Mondes.co.id lewat chat WA melalui Kepala Seksi Penindakan, Karnen, mengatakan bakal diagendakan penindakan lagi.
“Sebenarnya penindakan sudah dilakukan tapi masih pada bandel,”jelasnya, Selasa (15/4/2025) malam.
Selain itu, peran aktif dari masyarakat dan para pedagang juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan alun-alun yang kondusif. Sinergi antara pemerintah, pedagang, dan masyarakat diharapkan dapat menemukan solusi yang tidak hanya mengatasi keluhan pengunjung. Tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan kemanusiaan dari keberadaan pengamen dan pengemis.
Diharapkan, pihak berwenang dapat segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar Alun-alun Rembang kembali menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi semua orang.
redaksi
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar