Produksi Garam di Pati Luar Biasa, Tahun 2024 Lampaui Target

waktu baca 3 menit
Sabtu, 11 Jan 2025 13:39 0 567 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Kabupaten Pati terkenal sebagai wilayah penghasil garam yang sangat tinggi, bahkan kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani menempati urutan ke-2 sebagai wilayah penghasil garam terbesar di Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati melalui Pembina Mutu Hasil Kelautan, Ari Wibowo saat ditemui Mondes.co.id di ruangannya beberapa waktu yang lalu.

Menurut Ari, usaha pengolahan garam di Kabupaten Pati sudah berlangsung sebelum era penjajahan.

Bahkan, untuk kawasan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Pati berada di urutan pertama penghasil garam terbesar.

“Pati tertinggi kedua di Indonesia, setelah Madura peringkat pertama. Sebetulnya potensi Pati digarap jadi peluang kalau Pemda (pemerintah daerah) kerja sama swasta, karena setiap tahun sejak zaman dahulu, Majapahit atau bahkan sebelumnya di Pati sudah ada (pengolahan garam). Makanya di Pati tidak pernah kehabisan stok garam,” ungkapnya saat diwawancarai, Jumat, 10 Januari 2025.

Garam di Kabupaten Pati dihasilkan dari pengelolaan tambak dari para petani garam yang terbentang dari Kecamatan Batangan, Juwana, Wedarijaksa, dan Trangkil.

Sehingga produksi garam di Kabupaten Pati sangat tinggi, terbukti pada tahun 2024 menghasilkan garam sebanyak 324.036 ton.

Menurut Ari, jumlah tersebut melampaui target yang dipatok oleh pemerintah, sehingga menjadi suatu kebanggaan jika Kabupaten Pati menghasilkan garam sebanyak itu.

Menurutnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mematok target hasil produksi garam di Kabupaten Pati capai 250.000 ton, namun berkah melimpahnya hasil budi daya petambak menghasilkan 324.000 ton.

“Target kita mengacu pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) karena cuaca sangat berpengaruh, jadi seperti apa kita berani asal menarget. Kalau tahun 2023, target garam kita 200 ribu, kita lumayan di 2024 ditarget 250 ribu dari KKP. Ketika prediksi dari BMKG sudah menyebut ada kemarau panjang berani masang target, kita capai hampir 325 ribu ton, target terlampaui,” katanya dengan sumringah.

BACA JUGA :  Koordinasi DEKELA Pati, Hak Anak dan Kesetaraan Gender Sebagai Fondasi Pembangunan Desa

Hasil produksi garam paling tinggi pada bulan Oktober yang melejit 85.825,46 ton. Sementara, produksi terendah terjadi pada Mei yakni 250,72 ribu ton karena bulan pertama olah lahan. Sedangkan pada Desember sampai dengan April petambak tak melakukan aktivitas produksi garam.

“Pada musim kemarau Mei persiapan, Juni sampai Agustus efektif empat bulan produksi garam, habis itu sudah tidak ada produksi lagi. November awal masih ada produksi, lalu minggu kedua mulai berkurang, karena hujan lahannya ndak bisa produksi. Kalau musim hujan berhenti produksi, di Indonesia namanya garam tidak bisa lepas dari matahari,” ucapnya.

Kawasan penghasil garam terbesar ada di Kecamatan Batangan dengan total 165.018,54 ton. Disusul Kecamatan Juwana dengan total 68.963,59, Kecamatan Wedarijaksa dengan total 54.083,22 ton, dan Kecamatan Trangkil dengan total 35.970,74 ton.

“Ada 4 kecamatan garam yang besar mulai dari timur (Batangan, Juwana, Wedarijaksa, Trangkil). Karena potensinya paling besar Batangan, karena panasnya dari sana, kadang di Trangkil belum mulai musim garam baru pengolahan tanah, di Batangan sudah produksi,” sebutnya.

Sebagai informasi, total luasan lahan tambak garam di Kabupaten Pati mencapai 2.901,62 hektar. Sedangkan, total 3.813 petambak garam ada Kabupaten Pati.

Dirinya pun menyampaikan jika Kabupaten Pati menjadi sentra garam di Indonesia.

Pasalnya, seluruh sektor industri maupun pertanian garam selalu aktif memproduksi kapan pun. Itu mengapa, di Kabupaten Pati tak pernah kehabisan persediaan garam.

“Selain lahan pengolahan tambak, ada juga pelaku industri garam briket, maka di Pati pasti ada stok. Ketika produksi habis maka datangkan dari Jepara, Rembang, Jawa Timur karena di sini pengolahan kita paling banyak. Bahkan banyak banget gudang garam skala besar maupun skala kecil,” pungkasnya.

BACA JUGA :  Pemerintah Kembali Buka Kesempatan Transmigrasi 2026, Rembang Siap Fasilitasi Pendaftaran

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini