PATI – Mondes.co.id | Batik Bakaran merupakan warisan yang melegenda. Menjadi batik tulis khas dari Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Diketahui, bahwa Batik Bakaran ini menjadi salah satu warisan budaya yang memiliki ciri khas unik.
Dikenal dengan motifnya yang kaya akan filosofi dan menggunakan pewarnaan alami, batik ini telah mendapat tempat di hati para pecinta batik di seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara.
Setiap helai batik dibuat secara manual oleh para pengrajin yang telah mewarisi keahlian dari generasi ke generasi, menjadikannya produk yang bernilai seni tinggi.
Tak heran, Batik Bakaran mampu menarik perhatian dunia sebagai salah satu simbol kekayaan budaya Indonesia.
Menurut penuturan warga Desa Bakaran Wetan, Majid yang juga merupakan tokoh desa tersebut, batik yang ada di Desa Bakaran merupakan batik yang dibuat dengan cara tulis.
Padahal, era kekinian mulai banyak batik yang dibuat dengan cara print atau cetak.
“Batik Bakaran, khususnya yang dipajang di Museum Batik Bakaran semua batik tulis, tidak ada batik printing atau batik sablon. Inilah ciri khas Batik Bakaran, terkenal dengan batik tulis,” ungkap Sekretaris Karang Taruna, Majid, Desa Bakaran Wetan kepada Mondes.co.id, baru-baru ini.
Pihak pemerintah desa (Pemdes) senantiasa berkolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya pengrajin Batik Bakaran itu sendiri.
Bahkan, keberadaan Museum Batik Bakaran mampu mengenalkan potensi ekonomi dan kekayaan budaya di Desa Bakaran Wetan.
“Yang dilibatkan pasti pengrajin batik karena famous ke batiknya, secara langsung membranding Batik Bakaran Wetan. Pemdes, BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), ada Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan pengelola desa wisata. Apalagi ini anugerah telah ditetapkan sebagai desa wisata, kita nguri-uri desa wisata,” terangnya saat diwawancarai.
Sudah terdapat ratusan pengrajin batik tulis di Desa Bakaran Wetan. Namun, sejauh ini ada 13 kelompok pengrajin batik tulis di Desa Bakaran Wetan yang sudah menemani perjalanan Desa Bakaran Wetan untuk mengenalkan potensi desa melalui karya batiknya hingga mendunia.
Serta, 13 pengrajin itu diajak berkolaborasi untuk pameran batik di ajang Festival Batik Bakaran beberapa waktu lalu.
“13 pengrajin batik karyanya dipajang di Museum Batik Bakaran, semua batik tulis. Di sini pameran batik sendiri ada 13 kelompok pengrajin, kenapa hanya 13? Karena dari awal mereka bekerja sama dengan desa sejak dari nol sampai sekarang, mereka masih konsisten kerja sama,” pungkasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar