PATI – Mondes.co.id | Pada ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl), di alam Kabupaten Pati tersimpan rempah-rempah.
Diketahui, rempah-rempah ini termasuk unggulan, karena pernah membuat bumi Nusantara berjaya oleh komoditas tersebut.
Rempah-rempah yang dimaksud adalah cengkeh, yang mana tumbuh di kawasan Gunung Muria, tepatnya di Kecamatan Cluwak dan Gunungwungkal.
Masyarakat setempat banyak yang memanfaatkan kondisi geografis untuk menanam tanaman dengan nama latin Syzygium aromaticum.
Perlu diketahui, cengkeh banyak diminati masyarakat di Kecamatan Cluwak, bahkan ada satu perdukuhan yang semua petaninya membudidaya cengkeh.
Hal ini juga dijalankan oleh seorang warga asal Desa Sentul, Kecamatan Cluwak, Sumaryati yang mulai menggarap cengkeh bersama sang suami sejak 2017.
Saat ini, ia sedang menanam 50 batang cengkeh di satu petak lahan. Dirinya menanam cengkeh merah dan cengkeh hijau yang berada di kebunnya. Meski baru pemula, ia sangat telaten merawat tanaman cengkeh tersebut.
“Sekarang di sini sudah banyak yang budi daya tanaman cengkeh, termasuk saya bersama suami. Dulu belum sebanyak sekarang, tapi sekarang bahkan sudah ada petani di sini yang memiliki lahan seluas 2 hektar. Kalau saya masih pemula, sehingga baru memiliki 50 batang di kebun kopi pegunungan,” ujarnya kepada Mondes.co.id pada Jumat, (12/7/2024).
Saat ini tengah berada pada musim panen, dalam sekali panen ia mampu menghasilkan 1 kuintal cengkeh. Usai dipanen, cengkeh akan dijual ke pengepul dengan kisaran harga Rp85 ribu sampai dengan Rp100 ribu per kilogram.
“Sekarang ini sampai tahap panen, metiknya per hari cengkeh, satu orang paling dapat 5 sampai 6 kilogram. Biasanya dalam sekali masa panen dapat 1 kuintal, nantinya akan kami jual ke pengepul terdekat dengan harga biasanya capai Rp100.000 per kilogram, tetapi kini turun Rp85.000 per kilogram,” jelas wanita yang akrab disapa Yati.
Dalam merawat cengkeh memang perlu kesabaran, karena cengkeh baru bisa dipanen setelah pohon berumur 5 tahun. Pemupukan dan pengairan harus dilakukan, supaya cengkeh mendapatkan nutrisi cukup.
Ketika memasuki musim kemarau, ia membutuhkan 30 liter air untuk menyirami tanaman cengkeh. Lalu, harus ditunjang dengan pupuk yang tepat seperti Phonska dan NPK Mutiara. Pemupukan sendiri dilakukan setahun 2 kali.
“Kebutuhan pupuknya Phonska dan NPK Mutiara dua kali. Saya hanya membutuhkan jeriken muatan 30 liter untuk menyirami di saat kemarau, karena di musim kemarau umur cengkeh baru 3 tahun, maka harus rutin disirami,” jelasnya.
Selain itu, demi mengantisipasi organisme perusak tanaman, ia kerap menggunakan sekam padi. Hal itu berfungsi untuk menjaga cengkeh dari serangan rayap.
“Kalau saya pakai sekam padi ditabur di bawah pohonnya biar nggak dimakan rayap,” ucapnya.
Hingga kini, komoditas cengkeh memang sudah diminati oleh mayoritas masyarakat, akan tetapi belum ada perhatian khusus dalam budi daya cengkeh secara kolektif.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar