Pupuk Cair Makro-Mikro, Strategi Gapoktan Tunggak Ungu Optimalkan Produksi Berbasis Teknologi Nano

waktu baca 4 menit
Selasa, 18 Jun 2024 17:49 0 851 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tunggak Ungu Desa Bumiharjo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati mengadakan kegiatan ubinan di lahan sawah yang berlokasi di Dukuh Kedawung pada hari ini, Selasa (18/6/2024).

Tujuannya mengenalkan inovasi pertanian berbasis teknologi nano dengan memanfaatkan pupuk cair terkandung makro mikro.

Pasalnya, penggunaan pupuk cair dengan kandungan makro mikro, menjadi upaya petani memberi nutrisi tanaman secara efektif, sehingga nutrisi mudah diserap tanaman.

Apalagi, kondisi lahan kering menjadi problem ketika melakukan pemupukan, terutama pupuk tabur.

Menurut Suwardi selaku Ketua Gapoktan Tunggak Ungu, berlangsungnya acara sekaligus untuk mengenalkan ke petani tentang keunggulan pupuk cair berkandungan makro mikro dibanding pupuk tabur.

Di samping itu, pihaknya memastikan produksi padi di cuaca kering, mampu menghasilkan berapa ton per hektar.

“Ingin menyampaikan ke rekan-rekan petani yang selama ini menggunakan pupuk tabur, bahwa cuaca kering seperti MT 2 ini sangat cocok penggunaan pupuk cair dengan kandungan makro mikro, karena pupuk tabur hanya bisa digunakan ketika lahan dalam kondisi basah. Dengan pupuk cair makro mikro, tanah tanpa diairi tetap dapat diaplikasikan, apalagi tanaman, pasti kapan pun butuh asupan makan,” terangnya saat diwawancarai Mondes, hari ini.

Kegiatan ubinan yang didukung oleh Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati itu menegaskan bahwa penggunaan pupuk cair ramah lingkungan.

Pasalnya, zat-zat yang ada dalam pupuk langsung ditampung oleh tanaman, yang mana akan diserap melalui stomata daun, serta bagian tanaman tertentu.

BACA JUGA :  Aplikasi SARIDIN Diklaim Enggak Bisa Dimanipulasi

“Kegiatan ubinan menggunakan berbagai alat yang difasilitasi oleh BPP (Badan Penyuluh Pertanian) Winong. Setelah ubinan, kemudian hasil produksinya ditimbang dikonversi per hektar untuk mengetahui kondisi per hektarnya capai berapa,” ucapnya.

Penggunaan pupuk cair dilakukan dengan menyemprot ke tanaman sasaran. Satu tangki mampu diisi dengan volume 25 mililiter. Jadwal penyemprotannya efektif dilakukan dua minggu sekali.

“Pupuk cair berteknologi makro mikro lebih efektif dibanding pupuk tabur. Kalau cair langsung disemprot ke daun langsung selesai, yang terbuang sedikit. Satu tangki 25 mililiter. Pupuk ini jadwal aplikasinya dua minggu sekali, sehingga satu musim tanam nyemprot 3 kali,” ujar Suwardi.

Hanya tantangan yang dihadapi oleh petani selama menggunakan pupuk cair adalah teriknya matahari, sehingga ketika panas akan mengalami penguapan.

Ia mengatakan, suasana yang tepat menggunakan pupuk cair di pagi hari batas maksimal pukul 08.00 WIB, dan sore hari mulai dari pukul 16.00 WIB.

Suwardi menyatakan, harga pupuk cair makro mikro lebih murah. Ukuran 1 botol berisi 100 mililiter, dengan harga mulai dari Rp110 ribu hingga Rp125 ribu.

Demi meminimalisir ketergantungan pupuk subsidi tabur, maka pupuk cair jadi pilihan dengan takaran residu rendah.

“Yang saya harapkan hasil pertanian maksimal dengan pupuk cair, supaya tidak selalu meggantungkan pupuk tabur, karena residu-nya tinggi. Pupuk tabur memiliki residu di dalam tanah lebih banyak, sedangkan pupuk cair, air nyaris tidak ada residu-nya, karena ditangkap daun dan batang tanaman, maka potensi tumpah ke lahan sangat kecil,” paparnya.

Ia berharap, langkah ini memberikan pemahaman ke petani untuk memperoleh hasil produksi pertanian yang maksimal.

Di samping itu, meminimalisir pembuangan residu yang berasal dari pupuk kimia dan pestisida.

BACA JUGA :  Tak Gelar Kampanye Akbar, Budiyono-Novi Tetap Ikhtiar

Terbukti, pemakaian pupuk cair sudah membuahkan hasil efektif. Kali ini, lahan yang dijadikan sasaran ubinan merupakan sawah milik Kepala Desa Bumiharjo, Agus Pujo Haryanto.

Perolehan hasil ubinan tersebut capai 8,8 ton per hektar. Ia menjelaskan, ada peningkatan 10 hingga 20 persen dari hasil ubinan sebelumnya yang menggunakan pupuk tabur di wilayah Kecamatan Winong yang notabene area tadah hujan.

“Ada peningkatan dari hasil ubinan sebelumnya sekitar 10 sampai 20 persen yang menggunankan pupuk tabur, atau hasil ubinan di wilayah Winong yang notabene area tadah hujan,” terangnya.

Acara itu disambut baik oleh berbagai tokoh. Beberapa pihak ikut ambil bagian di sana, mulai dari Dispertan Kabupaten Pati, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Camat Winong, Kapolsek Winong, dan Danramil Winong.

Hadir pula kelompok tani dari desa sekitar, seperti dari Tawangrejo, Pekalongan, Karangkonang, Danyangmulyo, Pagendisan, Kudur, dan Kebolampang.

Sementara, Gunawan selaku Kepala Bidang (Kabid) Penyuluh Pertanian Lapangan Dispertan Kabupaten Pati, mengungkapkan bahwa kegiatan ubinan ini sebagai cara meningkatkan produksi tanaman padi di Kabupaten Pati, karena situasi musim tidak menentu alias ekstrem.

Bila tanpa inovasi, maka produktivitas pertanian di Bumi Mina Tani akan menurun.

“Kami menggerakan kelompok tani maupun perusahaan berkolaborasi meningkatkan produksi tanaman padi di Pati, lantaran situasinya musim tidak menentu dan ekstrem. Tanpa inovasi, maka produktivitas menurun, makanya kita mendorong siapapun meningkatkan produksi di Pati,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini