dirgahayu ri 80

Tugu R.A Kartini, Simbol Perlawanan Feodalisme di Hindia Belanda

waktu baca 2 menit
Selasa, 21 Nov 2023 12:32 0 1701 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Tugu Raden Ajeng Kartini berdiri kokoh di perempatan Jalan. Tangan kanan tokoh tersebut menjulur ke atas memegang obor penerang, Sedangkan tangan kiri menggandeng seorang gadis kecil yang membawa buku.

Tugu Kartini atau monumen Kartini sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Jepara. Tugu ini terletak di tengah persimpangan jalan, dengan sebelah Utara Jl. RA. Kartini, sebelah Timur Jl. Pemuda, Selatan Jl. K.S. Tubun, dan sebelah Barat Jl. Cokroaminoto.

Tugu itu memiliki makna bahwa Kartini adalah salah satu pahlawan yang mengangkat strata wanita, khususnya kalangan jelata yang pada zaman feodalisme notabene hanya berkutat dengan masalah dapur. Menuju terang benderang dengan terpenuhinya hak para wanita, untuk dapat mengenyam bangku pendidikan formal di masanya.

Guru Sejarah Galuh Citrasari mengatakan, tugu Kartini ini merupakan simbol bagi tokoh pejuang wanita asal Jepara saat melawan feodalisme di Hindia Belanda. Menurut Galuh, tugu ini sebagai pengingat bahwa di Jepara lahir tokoh besar yang sudah diakui di dunia internasional.

“Pemikiran Kartini jauh melampaui zamannya. Inilah yang membuat ia tajam mengkritik feodalisme serta gigih memperjuangkan kesetaraan pendidikan,” ungkap Galuh, Selasa 21 November 2023.

R.A. Kartini yang memahami humanisme karena bersentuhan dengan tiga budaya sekaligus: Jawa, Barat (Belanda), dan Islam. Ia memandang feodalisme berlawanan dengan humanisme dan kemanusiaan. Terlebih lagi sebagai perempuan Jawa, pada masa feodal itu, para perempuan pribumi yang bukan keturunan priyayi tak memiliki hak belajar secukupnya.

BACA JUGA :  Kauman Dinobatkan Kampung Moderasi Beragama di Jepara

“Dari situlah Kartini berupaya untuk membuka sekat-sekat itu, untuk memperjuangkan kesetaraan,” kata Galuh.

Kartini melihat kolonialisme dan feodalisme Jawa saat itu membekap bukan hanya menciptakan berbagai golongan, juga merusak tatanan keberadaban Islam, Jawa, dan bahkan Barat. Maka berbagai kegelisahan itu dituangkan dalam surat-surat ke Nyonya Abendanon. Di samping itu, R.A. Kartini muda dalam kehidupan secara sembunyi-sembunyi sebagai bangsawan pemberontak, memberikan ketrampilan dan pengajaran kepada kalangan perempuan.

Sementara, beberapa tulisan Kartini yang menjadi semangat kesetaraan antara lain, “Kemenangan yang Seindah-indahnya dan Sesukar-sukarnya yang Boleh Direbut Oleh Manusia Ialah Menundukkan Diri Sendiri”

“Kami Akan Menggoyah-goyahkan Gedung Feodalisme Itu dengan Segala Tenaga yang Ada Pada Kami dan Andaikan Hanya Ada Satu Potong Batu yang Jatuh Kami akan Menganggap Hidup Kami Tidak Sia-sia”

“Aku Bangga Namaku Disebut Senapas Dengan Rakyatku Disanalah Tempatku untuk Seterusnya”

“Akan Datang Jua Kiranya Keadaan Baru dalam Dunia Bumi Putra Kalau Bukan Karena Kami Tentu Oleh Karena Orang Lain”.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini