PATI – Mondes.co.id | Gerakan kiri di Indonesia sudah ada sebelum kemerdekaan, terutama dipimpin oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), yang mempromosikan ideologi komunisme dengan tujuan menghapuskan sistem kapitalisme guna mewujudkan negara berbasis sosialis.
Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, PKI mendukung pemerintahan Ir. Soekarno, tetapi konflik ideologis dan politik menyebabkan ketegangan dengan pemerintah yang lebih nasionalis.
Puncaknya adalah pada tahun 1965, ketika terjadi kudeta militer yang mengakibatkan pembunuhan massal terhadap anggota, simpatisan, dan anak keturunan PKI. Pasca kemerdekaan, hubungan antara gerakan komunisme di Indonesia menjadi sangat konflik dan berdampak besar terhadap sejarah politik dan sosial Indonesia.
Pengaruh PKI di Pati
Bermula saat kedatangan Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet atau lebih dikenal sebagai Henk Sneevliet seorang aktivis Komunis asal Belanda pada 1913. Dirinya masuk ke Hindia Belanda (nama Indonesia waktu itu) kemudian menarik kaum-kaum buruh.
Pada 1914, dirinya mempengaruhi para kaum buruh, sehingga ketika di Surabaya mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), ini merupakan partai cikal bakal berdirinya PKI.
ISDV anti pada kapitalisme dan banyak melakukan konfrontsi terhadap rezim kolonial Belanda dan elite Indonesia yang mendapatkan hak-hak khusus. Pengaruhnya sampai ke Kabupaten Pati yang berada di pesisir utara Pulau Jawa.
“Sneevliet masuk menarik tokoh-tokoh merah (kiri). Lalu mempengaruhi buruh, kemudian membentuk partai berhaluan komunis yang menjadi embrio PKI, yang kemudian impact-nya ke Pati,” jelas Sejarawan asal Kabupaten Pati, Ragil Haryo Yudiartanto kepada Mondes.co.id, Rabu, 27 September 2023.
Dalam peristiwa bersejarah Indonesia, sempat terjadi perjuangan yang berlangsung pada tahun 1920-an. Peristiwa yang menyangkut gerakan komunisme sering dicap sebagai pemberontakan. Dan jarang diajarkan di buku-buku sejarah sekolah, sehingga tidak mengherankan jika sosok ini terdengar asing bagi sebagian orang.
“Pada awal hingga pertengahan 1900-an, Pati banyak kaum buruh sehingga orang-orang Pati saat itu banyak yang ikut paham-paham komunis. Bahkan ada beberapa tokoh pentolan komunis asal Pati. Ia adalah Aliarcham,” ungkapnya.
Ragil mengungkapkan, sosok Aliarcham merupakan tokoh yang meletakkan fondasi komunisme di Bumi Mina Tani. Bukan hanya wilayah itu saja, Aliarcham ber-manuver hingga ke berbagai daerah dan menjadi tokoh penting perjuangan kaum kiri di Hindia Belanda.
“Aliarcham itu tokoh yang meletakkan fondasi komunis, Aliarcham lahir di Pati, tepatnya di Desa Asempapan, Kawedanan Juwana, Kabupaten Pati pada 1901. Ia adalah tokoh penting,” ungkapnya saat diwawancarai.
Aliarcham Memimpin PKI
Aliarcham mulai menunjukkan keteguhan dan semangat perjuangan untuk melawan penjajahan kolonial ketika ia resmi bergabung dengan PKI pada tahun 1921. Pada saat itu, ia masih seorang siswa di Hogere Kweekschool di Purworejo. Selama masa sekolahnya, Aliarcham banyak membaca berita-berita dari surat kabar radikal yang membahas aksi mogok kerja keras yang menentang penjajahan oleh serikat buruh.
Pada Juli 1924, Aliarcham pun menjadi Ketua Umum PKI menggantikan Winata yang merupakan pimpinan sebelumnya. Winata diganti lantaran ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda.
Ragil menceritakan, derap juang Aliarcham di tubuh PKI sangat besar. Pengaruhnya setara dengan tokoh-tokoh mentereng, seperti Alimin, Lukman, Darsono, bahkan pemimpin Madiun Affair, Muso. Ia melanjutkan, Aliarcham menggagas konsep pemisahan antara kepengurusan PKI dengan Sarekat Rakyat.
Perlu diketahui, Sarekat Rakyat adalah organisasi underbow PKI, tetapi anggota Sarekat Rakyat bukan anggota tetap partai berlogo palu-arit tersebut. Selama kongres PKI, Sarekat Rakyat berhak mengirimkan delegasi sebanyak satu sampai tiga orang.
“Aliarcham tokoh yang pernah punya ide revolusi seperti Muso, Darsono, dan kawan-kawan lainnya. Pusat pergerakan mereka waktu itu di Semarang. Mereka, termasuk Aliarcham merencanakan kudeta terhadap pemerintahan waktu itu,” terangnya.
Ragil melanjutkan, saat gerakan Aliarcham dan kawan-kawan untuk kudeta muncul, seorang tokoh komunisme besar Tan Malaka tak menyetujui, sehingga memilih pergi dari Indonesia.
“Tan Malaka tak setuju, makanya dia menyingkir ke Filipina, tak setuju ada kudeta,” lanjutnya.
Kerap kali Aliarcham mengajak rakyat untuk menggalang kekuatan, termasuk mengajak masyarakat kota kelahirannya Pati, untuk ikut berjuang bersama. Ia mengajak para proletariat mogok kerja bersama bahkan hingga angkat senjata.
“Dalam pergerakannya ia juga turut mengajak banyak orang Pati untuk ikut berjuang melawan pemerintah kolonial, terutama pemogokan kerja,” ungkapnya.
Jadi Buronan Belanda
Singkat cerita, setelah gerakannya dilancarkan, pada Desember 1924 dirinya terpaksa angkat kaki dari posisinya sebagai Ketua PKI. Pasalnya, usai melancarkan perlawanan kepada pemerintah kolonial, Aliarcham menjadi buron.
Selain itu, situasi internal partai mulai ada gejolak. Banyak pertentangan muncul dari kalangan progresif lain, Sardjono dan Boerhanoedin. Di kala kongres PKI berlangsung, Sardjono sebagai presidium sidang mengumbar bahwa Aliarcham dikejar-kejar pemeritah kolonial Belanda, sehingga poin tersebut menjadi pertimbangan peserta kongres untuk menyingkirkan Aliarcham dari tampuk kepemimpinan partai tersebut pada 10 Desember 1924.
Turunlah Aliarcham dari tahtanya digantikan oleh Sardjono. Tak berlangsung lama, pada Januari 1925 ia ditangkap, lalu dibawa ke pengasingan.
“Setelah kudeta dan konsisten melawan penjajah, ia ditangkap. Lalu bawa ke kamp pengasingan,” kata Ragil.
Perjuangan Aliarcham pun berakhir. Ia diangkut ke Boven Digoel hingga wafat pada 1933.
“Dia jadi tahanan Boven Digoel sampai meninggal ke sana. Ia tewas karena iklim di Papua memang sangat ekstrem, apalagi nyamuk malaria hitam sangat mematikan,” sambungnya.
Mendalami Ajaran Samin
Dilansir dari marxits.org, Aliarcham merupakan anak seorang pemuka agama Islam tersohor di daerahnya. Bahkan sang ayah mengarahkan Aliarcham untuk mengikuti jejak hidup dengan mengirimnya ke pesantren.
Selain itu, posisi yang terpandang ini juga membuat Aliarcham mengenyam bangku sekolah di Hollands Inlandse School (HIS), sebuah sekolah dasar selama 7 tahun yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Masa kecilnya belum banyak yang diketahui, kecuali saat ia menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu 6 tahun dan selalu menjadi murid yang paling cerdas dan rajin di kelasnya.
Menurut Ragil, ajaran-ajaran Saminisme menular hingga menginspirasi Aliarcham, terutama tentang tentang persamaan dan persaudaraan manusia, di antaranya gotong royong, anti penindasan, dan melawan penjajah Belanda.
“Dari guru-guru agamanya, ia menerima ajaran-ajaran Saminisme. Peran Saminisme juga menjadi pedoman hidupnya,” lanjut pegiat sejarah tersebut.
Ragil mengatakan bahwa Saminisme sangat besar pengaruhnya di daerah Pati. Pada tahun-tahun belasan ternyata masih sangat besar cita-cita pengaruhnya, bahkan sampai menimbulkan pemberontakan bersenjata 1917 di Rembang. Ketika pemberontakan ini terjadi, Aliarcham sudah menduduki sekolah Kweekschool voor Inlands Onderwijs di Ungaran. Ia sangat tertarik pada peristiwa ini dan teringat kembali pada pembicaraan-pembicaraan yang didengarnya dari salah seorang teman ayahnya tentang ajaran-ajaran tokoh Samin.
“Ia pelajari keadaan ini dan mengetahui bahwa perlawanan kaum tani tersebut disebabkan oleh adanya peraturan-peraturan kenaikan pajak bumi baru, larangan pengambilan kayu hutan, pembayaran uang pengganti kerja rodi, keharusan menjual ternak, dan sebagainya,” ucapnya.
Pemberontakan ini sangat memberikan pengaruh pada jiwa Aliarcham dan mendidiknya untuk membenci penjajahan Belanda.
Diusulkan Sebagai Pahlawan Nasional
Nama Aliarcham sempat diusulkan menjadi pahlawan nasional di era Presiden Ir. Soekarno. Sosoknya diagung-agungkan oleh Bung Karno. Bahkan ia sempat mengucap sajak Aliarcham ‘Obor yang dinyalakan di malam gulita ini, kami serahkan kepada angkatan kemudian’. Ada pun buku di era tersebut menuliskan tentang Aliarcham yang terbit pada 1 Agustus 1964.
Namun wacana untuk menobatkan Aliarcham menjadi pahlawan nasional batal karena usai Bung Karno lengser, Soeharto mengambil alih kekuasaan, mengingat sosok Soeharto sangat anti PKI.
“Karena dia tokoh nasional, bahkan mau diusulkan gelar kepahlawanan dari Soekarno, namum karena tokoh PKI dihabisi oleh Soeharto, dan kekuasaan dipegang Soeharto yang anti PKI, maka nama Aliarcham pun tidak menjadi pahlawan,” pungkasnya.
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar