dirgahayu ri 80

Wayang Parikesit Pentas di Pendopo, Sambut Malam Suro

waktu baca 2 menit
Jumat, 12 Jul 2024 07:09 0 611 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Pemandangan berbeda terlihat di Pendopo Kabupaten  Jepara pada Kamis (11/7/2024) malam. Kali ini, dipentaskan sebuah pertunjukan wayang kulit menyambut tahun baru Islam (Suro).

Kegiatan ini diprakarsai Dewan Pengurus Daerah Masyarakat Adat Nusantara (DPD MANTRA) Kabupaten Jepara dengan mengambil lakon “Parikesit Jumeneng Nata”.

Kepala Bagian Pemerintahan Setda Jepara, Rapawi hadir mewakili Pj Bupati turut senang dengan antusiasme warga yang menyaksikan pagelaran budaya ini.

“Alhamdulillah, meskipun bapak Pj Bupati berhalangan, namun masyarakat yang menonton pagelaran wayang kulit ini cukup banyak dan antusias,” kata Rapawi.

Hal ini, menurutnya menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia, khususnya Jepara masih cinta dan peduli terhadap kelestarian budayanya.

“Wayang kulit ini digelar sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan seni budaya tradisional yang terus kita uri-uri dan lestarikan hingga nanti,” ujarnya.

Ia berharap, seni budaya semacam ini dapat digelar di berbagai event untuk memperkenalkan budaya leluhur pada masyarakat, utamanya generasi muda.

Pagelaran berdurasi dua jam ini dibawakan oleh kolaborasi dalang bapak dan anak yakni Kanjeng Raden Tumenggung Hendro Suryo Kartiko dengan putranya Mas Ngabehi Bima Maulana Rizki dari Padepokan Marga Langit, Bangsri.

“Saya harap kolaborasi bapak dan anak ini dapat membawakan ide cerita yang menarik dan menghibur masyarakat,” pungkas Rapawi.

Lakon Parikesit Jumeneng Nata atau Parikesit Menjadi Pemimpin, mengisahkan tentang Parikesit cucu Arjuna dari putranya Abimanyu yang diangkat menjadi Raja di Hastina Pura.

Parikesit sebagai pemimpin muda, dikisahkan mengalami berbagai rintangan dalam memimpin kerajaannya.

BACA JUGA :  Lewat Winara, Teater Tuman Bicara Kegelisahan Lingkungan Sekitar

Dalam penobatannya, rakyat menyambut dengan penuh harap, agar kerajaan yang porak poranda dapat kembali bersinar di masa kepemimpinannya.

Namun, rintangan seperti pemberontakan hingga konflik dengan Aswatama putra Drona yang ingin membalaskan kematian ayahnya, mewarnai perjalanan pemerintahan Parikesit di Hastina Pura.

Kisah Parikesit ini dapat kita teladani supaya menjadi pemimpin yang senantiasa belajar, mengikuti dinamika masyarakat, adil, dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini