Foto: Lokasi sumber air Kedungsemar (Mondes/Supriyanto) REMBANG – Mondes.co.id | Polemik mengenai dugaan pencemaran limbah di aliran Sungai Kedungsemar menjadi sorotan publik.
Peristiwa ini terjadi setelah viral di media sosial dalam beberapa waktu terakhir.
Meski pantauan terkini di area Sungai Pandansili menunjukkan kondisi fisik air yang mulai membaik, kekhawatiran serius masih dirasakan oleh pengelola sarana air bersih dan warga terdampak.
Berdasarkan pantauan langsung di lapangan, aroma menyengat menyerupai bahan bakar jenis solar sudah tidak terdeteksi secara signifikan di aliran utama Pandansili.
Namun, kondisi kontras ditemukan pada titik pengecekan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang masuk ke wilayah Dusun jentir, di mana sisa-sisa aroma solar dilaporkan masih tercium.
Dugaan pencemaran ini memicu keresahan warga yang menggantungkan kebutuhan air sehari-hari pada layanan SPAM.
Dampak dari dugaan pencemaran ini mulai dirasakan secara nyata oleh warga.
Budi, seorang warga dari Dusun Pandansili, melaporkan melalui pesan singkat bahwa kualitas air tersebut diduga telah terkontaminasi zat berbahaya.
Ia mengeluhkan kematian ikan hias di akuarium miliknya, sesaat setelah melakukan penggantian menggunakan air dari SPAM.
”Pencemaran air sudah teratasi belum? Airnya baunya tidak enak. Saya pakai untuk mengisi akuarium, malah ikan saya mati semua. Apakah bahaya untuk ternak? Mengapa belum ada informasi resmi?” ungkap Budi, menanyakan kepastian keamanan air kepada pengelola.
Munir, selaku pihak pengelola SPAM, mengungkapkan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan kualitas air, sembari menunggu langkah konkret dari pemerintah daerah.
”Kami berharap masalah ini terus dikawal agar sungai tidak lagi tercemar. Keluhan ini bukan hanya datang dari warga kami, tetapi juga dirasakan oleh warga Desa Melati Rejo. Kami ingin ke depannya kualitas air SPAM kami jauh lebih baik dan aman untuk dikonsumsi,” tegas Munir.
Hingga saat ini, penyebab pasti pencemaran diduga kuat berasal dari kebocoran atau pembuangan limbah minyak di sekitar kawasan Kedungsemar.
Munir menambahkan bahwa transparansi informasi mengenai keamanan air sangat krusial.
Mengingat, banyak warga yang memiliki ternak dan khawatir jika air tersebut berdampak buruk pada kesehatan hewan peliharaan mereka.
Pihak pengelola SPAM kini dalam posisi menunggu keputusan dan solusi teknis dari instansi terkait, seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Tepatnya untuk mengatasi sumber pencemaran secara permanen.
Pengawasan ketat pada hulu sungai menjadi tuntutan utama warga agar insiden serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.
Situasi ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pemangku kepentingan akan krusialnya perlindungan sumber daya air permukaan sebagai jantung kehidupan masyarakat pedesaan di Kabupaten Rembang.
Editor; Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar