Transplanter Dinilai Jadi Andalan Atasi Krisis Tenaga Tanam di Rembang

waktu baca 3 menit
Selasa, 15 Apr 2025 16:22 0 459 Supriyanto

REMBANG – Mondes.co.id |Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang terus menunjukkan komitmennya dalam memajukan sektor pertanian di wilayahnya.

Langkah strategis kali ini adalah dengan gencar mendorong petani untuk mengoptimalkan penggunaan mekanisasi pertanian.

Upaya ini dilakukan sebagai respons terhadap perkembangan teknologi dan juga untuk mengatasi permasalahan klasik yang kerap dihadapi petani, terutama saat musim tanam, yaitu keterbatasan tenaga kerja.

Kepala Dintanpan Kabupaten Rembang, Agus Iwan, menegaskan bahwa penerapan mekanisasi pertanian bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan di era modern ini.

Menurutnya, pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan) tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan hasil panen secara signifikan, tetapi juga untuk menekan biaya produksi yang selama ini menjadi beban bagi petani.

“Dengan kebijakan sekarang ini, pertanian selain kemampuan produksi, juga diharapkan dapat mencapai efisiensi biaya, sehingga bisa bersaing di harga pasar. Salah satu cara untuk memastikan efisiensi adalah dengan mekanisasi,” ungkap Agus Iwan.

Lebih lanjut, Agus Iwan mencontohkan keberhasilan penggunaan mesin combine harvester dalam proses panen padi.

Menurutnya, alat ini mampu memangkas biaya panen hingga hampir 50 persen, dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia.

Efisiensi biaya ini secara langsung berdampak positif pada peningkatan margin keuntungan yang diterima petani.

Meskipun sebagian besar petani di Rembang telah merasakan manfaat mekanisasi pada saat panen, Agus Iwan mengakui bahwa penggunaan alat tanam padi masih sangat minim.

Kondisi ini seringkali menimbulkan permasalahan serius saat musim tanam tiba, di mana petani harus mengantre tenaga tanam yang jumlahnya terbatas.

BACA JUGA :  AI Effect, Disrupsi Tridarma Perguruan Tinggi

“Wilayah Kabupaten Rembang sangat bergantung pada curah hujan. Harus menunggu antrean tenaga tanam, dan itu sering terlambat. Ini yang kita kejar,” jelasnya.

Sebagai solusi konkret, Dintanpan Kabupaten Rembang mengambil inisiatif dengan memperkenalkan alat tanam padi sederhana atau transplanter kepada petani.

Langkah awal ini dilakukan di Desa Ngotet, Kecamatan Rembang, dengan harapan alat ini dapat menjadi solusi efektif untuk mempercepat proses penanaman padi di tengah keterbatasan tenaga kerja.

Untuk tahap awal implementasi program ini, Agus Iwan menyampaikan bahwa pihaknya akan mengupayakan pengadaan sekitar 20 hingga 30 unit transplanter.

Alat-alat ini akan diprioritaskan untuk wilayah lahan tadah hujan, seperti Kecamatan Kaliori dan Sumber, yang dinilai paling rentan terhadap keterlambatan masa tanam akibat keterbatasan air dan tenaga kerja.

“Kemarin waktu diperkenalkan, harga transplanter sederhana sekitar Rp25 juta. Tapi harapan kami, setelah diproduksi massal, harganya bisa di bawah Rp25 juta, sehingga lebih terjangkau bagi petani,” pungkas Agus Iwan.

Langkah Dintanpan Kabupaten Rembang ini diharapkan dapat menjadi angin segar bagi petani, tidak hanya meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tetapi juga memberikan kepastian waktu tanam yang lebih baik.

Dengan begitu, pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani secara keseluruhan.

Pemerintah Kabupaten Rembang melalui Dintanpan menunjukkan keseriusannya dalam mendukung modernisasi pertanian demi kemajuan bersama.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini