Tradisi Wiwitan, Ucapan Rasa Syukur Para Petani Pada Semesta

waktu baca 2 menit
Kamis, 28 Mar 2024 20:39 0 782 Vindi Agil

PATI – Mondes.co.id | Setiap manusia pasti mempunyai cara berbeda untuk mengucap rasa syukur kepada semesta dan Sang Maha Pencipta.

Berbagai tradisi unik seperti wiwitan salah satunya, masih dilakoni para petani khususnya di tanah Jawa ini.

Menurut Mbah No, salah satu penggiat spiritual asal Bumi Pati, tradisi adalah kearifan lokal yang harus dijaga serta dilestarikan di tengah kemajuan zaman.

Tak ubahnya tradisi wiwitan, yang mempunyai makna begitu dalam bagi para petani, karena dengan sarana inilah mereka bisa mengucap rasa syukur dan balas budi kepada Sang Maha Pencipta atas panen yang berlimpah.

“Iku ngene lho le, wiwitan kui perantara utowo sarana kanggo ngucap syukur marang pengeran mergo diwenehi panen sing okeh,” ujarnya menggunakan bahasa Jawa, Kamis (28/3/2024).

Menurutnya, tradisi wiwitan saat ini sudah mulai jarang dilakukan, walau masih ada yang menjalani tradisi ini, sudah berbeda jauh dengan pada zaman ia masih remaja dulu.

Lelaki berusia 65 tahun ini menceritakan, jika tradisi wiwitan pada 50 tahun yang lalu meliputi berbagai alur. Mulai dari penentuan hari panen, mojoki, persiapan makanan, menyiapkan sesaji, membagikan makanan kepada orang di sawah, dan terakhir melakukan pemotongan padi.

“Sak iki ngono mung disiapke sesaji terus didongani didokok nek sawah wes bar,” terangnya.

Diceritakan, pada zaman waktu dirinya masih kecil, jika ada tradisi wiwitan, hampir orang satu kampung berbondong-bondong pergi ke sawah untuk mengikutinya.

Mereka menikmati sajian masakan yang dihidangkan oleh pemilik sawah secara beramai-ramai kala itu.

BACA JUGA :  Sudewo Dapat Rekomendasi PKB? Ketua DPC: Belum Rekom

Tradisi wiwitan ini dahulu sering dilakukan oleh para pemilik sawah, konon jika tradisi leluhur tersebut ditinggalkan, maka panen tidak akan bisa maksimal.

“Kepengen mangan enak yo kudune bersyukur karo sing gawe alam ini,” lirih dia.

Sembari mengusap kepala yang mulai memutih, Mbah No kembali bercerita, bahwa sesaji di tradisi wiwitan adalah suatu hal yang sakral.

Pasalnya, sesaji tersebut juga sebagai simbol terima kasih kepada roh penunggu sawah yang berkenan menjaga tanaman dan terhindar dari wabah.

Sesaji yang dihantarkan juga tidak boleh salah. Harus ada bunga tujuh rupa, kemenyan, pisang satu tangkep, kendi berisikan air, nasi, buah, rokok kretek, dan uang satu lembar.

“Ora oleh luput koh siji nang, kudune lengkap, iku ngono ugo ucapan syukur kanggo sing nunggu sawah kui,” tutupnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini