REMBANG – Mondes.co.id | Di tengah modernisasi yang semakin pesat, tradisi-tradisi leluhur masih kokoh dijaga oleh masyarakat pedesaan.
Salah satu contohnya adalah tradisi ngalungi sapi yang masih dilestarikan oleh masyarakat di beberapa daerah di Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Rembang.
Tradisi ini menjadi sebuah perpaduan unik antara ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pelestarian budaya pertanian.
Tradisi ngalungi sapi dilakukan dengan cara mengalungkan ketupat dan lepet pada leher sapi.
Prosesi ini biasanya dilakukan setelah masa panen raya, sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang melimpah dan kesehatan ternak.
Selain itu, tradisi ini juga mengandung harapan agar sapi-sapi tetap sehat dan subur, sehingga dapat terus membantu pekerjaan di sawah.
Ketupat dan lepet yang digunakan dalam tradisi ngalungi sapi memiliki makna simbolik yang mendalam.
Ketupat, dengan bentuknya yang khas, melambangkan kesucian dan ketulusan hati.
Sementara itu, lepet yang terbuat dari beras ketan, memiliki makna sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.
Dengan mengalungkan kedua makanan tersebut pada leher sapi, masyarakat berharap agar sapi-sapi mereka senantiasa diberkahi dan membawa keberkahan bagi pemiliknya.
Tradisi ini pun sudah dilakukan secara turun-temurun.
“Tradisi ngalungi sapi ini sudah turun-temurun dilakukan oleh keluarga kami,” ujar Mbah Kasturi, seorang petani warga Desa Babatan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang.
Bukan hanya sebagai simbol tradisi, namun juga upaya mempererat silaturahmi.
“Bagi kami, tradisi ini bukan hanya sekadar upacara, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi dengan sesama petani,” tambahnya pada Jumat (10/1/2025).
Senada dengan Mbah Kasturi, Bu Parmi, seorang ibu rumah tangga, juga mengungkapkan pentingnya melestarikan tradisi ngalungi sapi.
“Tradisi ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan menjaga kelestarian alam,” ungkapnya.
Tradisi ngalungi sapi tidak hanya memiliki makna religius dan sosial, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
Beberapa desa di wilayah lain, seperti Kabupaten Blora telah menjadikan tradisi ini sebagai salah satu paket wisata tematik yang menarik minat wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Dengan adanya paket wisata tematik ini, wisatawan tidak hanya dapat menyaksikan langsung prosesi ngalungi sapi, tetapi juga dapat belajar tentang sejarah dan makna tradisi tersebut.
Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam pedesaan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat.
Meskipun memiliki banyak manfaat, tradisi ngalungi sapi juga menghadapi beberapa tantangan, seperti perubahan gaya hidup masyarakat dan kurangnya minat generasi muda terhadap tradisi leluhur.
Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan tradisi ini, antara lain melalui pendidikan, sosialisasi, dan pengembangan produk-produk turunan dari tradisi ngalungi sapi.
Tradisi ngalungi sapi merupakan warisan budaya yang sangat berharga bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan.
Tradisi ini tidak hanya memiliki makna religius dan sosial, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
Oleh karena itu, upaya pelestarian tradisi ngalungi sapi perlu terus dilakukan agar generasi mendatang dapat mengenal dan menghargai warisan budaya leluhur.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar