JEPARA – Mondes.co.id | Jondang merupakan tempat menaruh berbagai macam makanan dan peralatan yang dihantarkan kepada calon pengantin wanita.
Zaman dulu, Jondang ini dipikul atau digotong oleh dua hingga empat orang sebagai tanda lamaran pengantin.
Bahkan ada ungkapan masyarakat kala itu, Jondange Teko (Bahasa Jawa) atau Jondangnya datang, ini berarti lamaran dari pihak laki-laki sudah tiba kepada perempuan.
Mereka pun siap menyambut dengan suka cita.
Seiring perkembangan zaman, tradisi Jondang semakin terkikis dan menghilang.
Sudah jarang sekali ditemukan alat berupa Jondang.
Untuk melestarikan hal tersebut, masyarakat Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, menggelar tradisi Jondang bersamamu dengan kegiatan sedekah bumi.
Harapannya tradisi ini masih tetap ada sampai kapanpun.
Jondang sendiri adalah kayu yang dibentuk persegi panjang.
Ukurannya 1 meter x 40 sentimeter.
Pada tengah-tengahnya berlubang.
Olahan Jondang jaman dahulu, bisa diartikan sebagai wadah atau tempat untuk menaruh barang berharga ketika lamaran.
Ada dua jenis jondang yakni Jondang Lanang dan Jondang Wadon, Jondang Lanang berisi sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya.
Sedangkan, Jondang Wadon berisi makanan hasil olahan.
Dalam Festival Jondang yang digelar warga Desa Kawak ini, mengarak hasil bumi masyarakat desa.
Dimulai dari Halaman MTs Tashilul Muhtadin dan Berakhir dengan doa bersama di punden Kawak, Kamis 8 Juni 2023.
Ribuan warga Desa Kawak sangat antusias mengikuti jalannya acara arak-arakan dari awal hingga akhir.
Acara yang dibuka dengan pemotongan pita oleh Petinggi Desa Kawak Eko Heri Purwanto dan didampingi tamu undangan.
Hadir Anggota DPRD Jateng Anggota DPRD JTwng Andang Wahyu Triyanto.
Andang dalam sambutannya mengatakan pesan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, acara tradisi kebudayaan ini, harus tetap dilestarikan karena merupakan bagian dari kearifan lokal dan pemersatu untuk semua.
Festival yang diikuti 20 Rukun Tetangga di desa kawak. Tiap RT diwajibkan membawa Jondang masing-masing, lengkap beserta isinya.
Seperti hasil pertanian, hasil kerajinan atau produk UMKM.
Petinggi Desa Kawak Eko Heri Purwanto menjelaskan, festival Jondang untuk membangun gotong-royong warga dan uri-uri budaya dikarenakan Jondang ada warisan nenek moyang.
Festival jondang yang di arak, memamerkan produk UMKM desa seperti, cetting bambu, camping, kaligrafi, patung, horok horok dan berbagai macam hasil bumi yang dikemas hasil olahan makanan.
“Harapannya, hasil produk UMKM yang dipamerkan ini, mampu meningkatkan perekonomian warga desa kawak,” ujarnya di Komplek Punden Mbah Kawak. (Ar/Dr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar