dirgahayu ri 80

Ternyata Ada Ritual Khusus untuk Membuat Miniatur Kapal Larungan, Seperti Apa? 

waktu baca 3 menit
Senin, 7 Apr 2025 18:40 0 275 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | Ribuan pasang mata tertuju pada sebuah miniatur kapal yang berisi kepala kerbau, lengkap dengan aneka sesaji.

Untuk membuat miniatur kapal ini, ternyata tidak sembarang orang. Ada salah satu orang yang dipercaya melakukan atau membuat kapal miniatur ini hampir seperempat abad.

Sosok tersebut adalah, Agus Mardiko (53) Warga Desa Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten.

Diketahui bahwa miniatur kapal pelarungan ini, akan membawa sesaji berupa kepala kerbau dan berbagai macam sesaji.

Agus Mardiko (53) mengatakan, setiap tahunnya dipercaya untuk membuat miniatur kapal larungan.

Sudah hampir 25 Tahun, Agus Mardiko membuat miniatur kapal larungan menjelang Pesta Lomban.

“Sudah 25 tahun, awal pembuatan di tahun 2000-an,” kata Agus, Senin (7/4/2025).

Agus menjelaskan, awal mula bisa membuat miniatur ini adalah dari permintaan langsung mantan lurah Ujungbatu pada tahun 2000-an.

Pada saat itu pun, Agus sempat menolak permintaan pembuatan miniatur kapal larung.

Penolakan Agus didasari atas kesadarannya yang tidak memilik basis membuat kapal.

“Saya sendiri bingung karena dari awal tidak memiliki basis seniman, tiba-tiba dipanggil bapak mantan lurah Ujungbatu, disuruh untuk membuat miniatur sesaji,” ucapnya.

Namun, karena ada paksaan dari mantan lurah Ujungbatu, Agus pun akhirnya menyetujui permintaan tersebut.

Bermodalkan belajar secara autodidak, akhirnya sampai sekarang Agus dipercaya membuat miniatur kapal larungan.

“Pada saat itu sempat menolak karena saya merasa tidak mampu, tapi dari beliau tetap bersikuku menunjuk saya yang membuat replika sampai sekarang,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Seniman Muda Bumi Mina Tani Turut Terlibat dalam Ajang Pementasan Nasional 

Pria kelahiran Ujungbatu ini pun merasa cukup bangga karena bisa dipercaya dan membuat miniatur kapal larungan.

“Saya merasa bangga, pertama sejarah larung di Ujungbatu. Rasa memiliki sangat kuat,” tuturnya.

Agus menjelaskan, untuk pembuatan kapal miniatur larungan tahun ini, hanya membutuhkan waktu sekiranya dua mingguan lebih.

Pembuatan miniatur kapal larungan ini menghabiskan anggaran sekiranya Rp5,5 juta dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Jepara.

“Kami buat kapal awalnya di tengah bulan atau 15 hari saat bulan puasa. Alhmdhulilah sampai saat ini tidak ada kendala, lancar saja,” ucapnya.

Sebelum dilakukan pembuatan miniatur kapal larungan kata Agus, ada beberapa ritual khusus. Seperti pembacaan doa dan melakukan puasa selama tiga hari.

“Ada ritual khusus, dulu pada saat membuat ada puasa 3 hari dan baca doa,” ungkapnya.

Namun untuk puasa, Agus memilih untuk menolak dan hanya melakukan pembacaan doa saja.

“Pada saat itu untuk puasa saya menolak tidak sanggup, pihak mantan Ujungbatu yang menjalani puasa, doa tetap ada. Doa itupun diketahui yang membuat saja,” ujarnya.

Saat pembuatannya, miniatur kapal larungan ini dikerjakan 2-5 orang.

“Kadang dikerjakan 2-5 orang, kapal intinya dikerjakan 3 orang, namun dibantu banyak warga setempat,” tuturnya.

Agus menambahkan, saat membuat kapal pun harus ada tiga komponen yang tidak boleh terlewatkan, seperti kain putih, pohon pisang raja, dan bambu apus.

Ketiga komponen itu memiliki arti masing-masing, seperti pohon pisang raja digambarkan sebagai raja setan lautan, dan bambu apus sebagai wujud tolak balak para nelayan yang hendak melaut.

“Filosofinya pohon pisang raja itu diibaratkan rajanya setan atau raja penghuni laut, kalau pring apus ditusuk ke pohon tadi bertujuan biar setan di laut apes, nelayan melaut itu biar selamat,” ucapnya.

BACA JUGA :  Inovasi Mahasiswa UMK, Ubah Ampas Tebu Jadi Produk dengan Nilai Ekonomis Tinggi

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini