Ternak Lebah Kurang Produktif, Panen Madu di Gunungwungkal Pati Turun

waktu baca 2 menit
Senin, 28 Jul 2025 12:07 0 90 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Musim produksi madu tahun 2025 ini mengalami kondisi penurunan, lantaran populasi lebah yang menurun.

Salah seorang petani lebah asal Desa Gunungwungkal, Tatik mengaku jika tahun ini ia merasakan dampak yang signifikan dari minimnya lebah selama memproduksi madu.

Menurutnya, di bulan Mei hingga Juni 2025 ini, madu yang dihasilkan tak sebanding dengan tahun 2024 kemarin.

“Di luar prediksi, Mei-Juni cuma sedikit cuma 8 kuintal. Kalau tahun lalu bisa 14 kuintal,” ungkapnya saat dihubungi Mondes.co.id, pada Senin (28/7/2025).

Ia menuturkan jika peternakan lebah saat memproduksi madu kurang produktif, lantaran diganggu oleh burung.

Hal ini lantaran menjadi tantangan tersendiri bagi petani madu selama masa produksi.

“Tawonku agak jelek tahun ini, bekas dimakan burung, mirip burung dali. Kalau tantangan teman-temanku ada juga yang mengalami penurunan drastis karena kebanyakan peternakan tawon vegetasinya sedikit,” ungkapnya.

Di samping itu, pengaruh cuaca menyebabkan bunga tidak berkembang secara serentak, salah satunya terjadi pada bunga randu.

Terlebih, madu bunga randu menjadi primadona di setiap kalangan.

“Kembangnya randu gak bareng yang berkembang. Klau randu di akhir Mei sampai awal Juli,” ucapnya.

Tatik mengatakan, penurunan produksi randu berbanding lurus dengan harga yang ada di pasaran. Sebelumnya, rata-rata harga madu Rp60 ribu per kilogram.

Namun, saat ini harganya tidak stabil, bahkan terjadi penurunan jadi Rp50 ribu per kilogram.

“Harga pasar tahun ini madu randu grosir Rp50.000 per kilogram bersih tanpa jerigen. Kalau tahun kemarin sekitar Rp60.000 per kilogram,” urainya.

BACA JUGA :  Polres Jepara Luncurkan Smart Satkamling, Apa Itu?

Sejauh ini penjualan berjalan lancar, ia menjual hingga ke luar kota.

Stok madu yang dimilikinya sekarang tinggal 50 kilogram madu randu, dari total 110 kilogram atau 1,1 kuintal.

“Primadona sih randu, stok sekarang tinggal 50 kilogram yang untuk dijual. Penjualan secara grosir ke beberapa orang-orang sekitar sini, Semarang, Kalimantan Selatan,” kelas Tatik.

Perlu diketahui, Tatik sekeluarga memproduksi madu dari berbagai jenis tanaman, mulai dari randu, kopi, karet, dan mangga.

Saat ini yang sedang berlangsung, ia memproduksi madu dari mangga.

“Setelah madu randu saat ini sedang berlangsung di nektar mangga, harapannya ini bisa sampai 1 ton lebih. Kalau tahun kemarin, madu mangga langsung ludes (laris),” ucapnya.

Tatik berharap, pada panen kali ini menghasilkan madu yang melimpah dan harganya stabil.

Pasalnya, sejauh ini panennya minim dan harga tidak stabil.

“Harapan saya harga panen melimpah dan harga stabil, karena harga di beberapa tempat belum tentu sama. Dulu zaman Corona (pandemi Covid-19) harga bisa mencapai Rp130.000 per kilogram,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini