JEPARA – Mondes.co.id | Masyarakat Jepara juga mempunyai kesenian hadrah khas pesisiran. Masyarakat biasa mengenal dengan sebutan terbang telon. Ya, sebuah budaya warisan leluhur mengkolaborasikan rebana (terbang), dengan salawat nabi.
Seperti halnya dengan namanya “Terbang Telon”, tradisi islam ini dimainkan oleh tiga penabuh rebana, dengan lantunan salawat.
Namun, seiring perkembangan waktu jumlah pemainnya bisa juga ditambah menjadi enam atau sembilan orang. Namun, nadsnya tetap mengacu kepada tiga penabuh utama.
Untuk lagu atau syair yang dibawakan, tidak seperti kesenian terbang yang sekarang marak di Indonesia. Yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa dengan berbagai macam alat tambahan.
Lagunya pun tidak seperti lagu nasyid yang banyak dinyanyikan. Tapi lebih pada salawatan.
Biasanya terbang telon ini tampil di acara-acara hajat atau sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. Selain itu, bentuk cinta kepada Nabi Muhammad SAW, dan agama Islam.
Terbang telon ini yang tetap dilestarikan di kalangan pondok pesantren. Hal ini sebagimana tampil saat acara pra haflah ahirussanah Pondok Pesantren Salafiyah Annur, Desa Mangunan Kecamatan Tahunan pada Jumat, 3 Maret 2023.
Dengan menggelar acara terbang telon “Syaroful Anam”, mewadahi para santri untuk berkesenian sekaligus melestarikan terbang telon di Kabupaten Jepara.
Kelompok ini terbentuk sejak tahun 2015 oleh KH Muhammad Rusydi (Pengasuh Pondok Pesantren Alhuda, Desa Demangan, Kecamatan Tahunan). Serta diketuai Mbah Sanimin (Wakil Syuriyah NU Ranting Mangunan).
Mengenal lebih dekat kelompok terbang telon “Syaroful Anam” adalah seni klasik tinggalan Wali Songo yang masih eksis sampai sekarang.
Lagu atau syair yang dibawakan berisi cinta Nabi, pujian pada Nabi, siroh Nabi , bertawasul dan munajat mengadukan kebutuhan pada Allah SAT dengan diiringi musik rebana.
Grup terbang telon ini beranggotakan 12 orang berusia di atas 55 tahun dari tiga desa yaitu lima orang dari Desa Demangan empat orang dari Desa Platar dan tiga orang dari Desa Mangunan
Menurut Nurul Ath har salah satu anggota terbang telon mengatakan kegiatan terbang telon diadakan dua minggu sekali (Ahad malam Senin).
Ilidaroh dari satu masjid ke masjid yang lain dengan tujuan memakmurkan masjid dan mensyi’arkan salawat ditengah tengah masyarakat yang semakin jauh dari tuntunan syariat.
Pondok pesantren ikut bertanggung jawab untuk merawat dan nguri nguri tradisi tinggalan wali songo dengan cara mengadakan kegiatan semacam ini, di setiap even kepesantrenan selain nguri nguri tradisi juga menumbuhkan mahabbah pada nabi Muhammad saw imbuh ustaz Musa salah satu guru pondok pesantren Annur.
“Disamping merawat nilai, tradisi, identitas, dan kearifan lokal, kami ingin terbang telon tetap lestari,” tuturnya. (Ar/Dr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar