Tekad Kuat Gen Z Menggapai Asa, Mengajar di Rantau dan Tempuh S2 dengan Biaya Sendiri

waktu baca 5 menit
Sabtu, 22 Mar 2025 17:00 0 266 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Nurul Hidayah, seorang guru Sekolah Dasar (SD) asal Kabupaten Pati yang menapaki perjalanan penuh perjuangan di Kota Semarang dengan mengajar anak-anak sambil menempuh studi S2 secara mandiri.

Dedikasi dan ketekunannya sebagai pendidik maupun mahasiswa dijalaninya meski harus tak henti-hentinya memikul kesibukan.

Gadis beralamat Desa Bancak, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati itu membagi waktunya antara mengajar dan berkuliah.

Nurul menyempatkan waktu studi di sela-sela mengajar atau ketika jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) usai.

Hal ini dilakukan supaya manajemen waktunya tertata dengan proporsional.

“Mengatur waktunya tidaklah sulit, saya sudah izin sekolah menempuh S2, dilaksanakan secara daring saat murid sudah pulang. Namun perlu melakukan manajemen waktu yang baik karena kuliah sampai sore kadang malam, sehingga harus mengatur waktu ketika tugasnya banyak. Padahal esoknya harus mempersiapkan pembelajaran buat siswa di sekolah,” ujar perempuan berusia 27 tahun tersebut kepada Mondes.co.id, Sabtu, 22 Maret 2025.

Sebagai informasi, Nurul merupakan guru di sekolah swasta milik suatu kampus di Kota Semarang, yakni SD Labschool Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Sejak pagi pukul 07.30 mengajar murid-murid hingga pukul 13.00 WIB, kemudian ia melanjutkan kewajibannya sebagai mahasiswa untuk berkuliah sembari melanjutkan tanggung jawab sebagai guru yang belum tuntas.

Ia pun tetap fokus menjalankan keduanya, biar pun secara bersama-sama.

“Saya mengajar murid saya mulai pukul 07.30 dan pulangnya kira-kira pukul 13.00. Setelah itu saya mulai kuliah daring yang saya sambi dengan mengoreksi hasil kerjaan siswa saya jika ada. Setelah saya selesai kuliah, pada malam harinya saya mengerjakan tugas kuliah dan pagi hari setelah sholat subuh saya mempersiapkan materi maupun lembar kerja yang akan saya berikan pada murid saya,” terangnya.

BACA JUGA :  Persijap Tergusur dari Puncak Klasemen Liga 2

Diketahui, Nurul memulai karirnya sebagai pengajar di sekolah tersebut sejak lulus kuliah S1 dari kampus yang sama, tepatnya 2020 lalu.

Luar biasanya Nurul menjadi lulusan terbaik Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNNES dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88 pada angkatan lulusannya.

Dirinya merintis karir di dunia keguruan awalnya tak terpikirkan mengajar di SD tersebut, karena kenyamanan di Kota Atlas dan motivasi mencari pekerjaan menghantarkannya ke sekolah itu.

“Status saya di SD Labschool ini adalah guru, awalnya saya mengajar di sini karena saya mencari pekerjaan setelah lulus, sehingga di mana pun akan saya terima. Alasan lain adalah dulu saya kuliahnya juga di Semarang, jadi saya sudah mengenal betul Semarang ini. Semarang juga tidak jauh dari rumah saya Pati, lama-kelamaan sudah nyaman tinggal di Semarang,” ungkap perempuan lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Tak kenal lelah, ia mencoba memacu hidupnya dengan mengejar karir supaya lebih cemerlang.

Di usia yang masih muda dan belum berkeluarga, ia memutuskan untuk melanjutkan studi Magister yang ia impikan sejak dulu.

Biarpun ia menempuh kuliah dengan biaya mandiri, ia bertekad membuktikan pada dunia bahwa dia bisa.

“Kuliah S2 merupakan salah satu cita-cita yang saya kejar sejak dulu, dan orang tua selalu mendukung apa yang saya tempuh. Semoga sukses selalu, sehat selalu, dan selalui diridhai oleh Allah SWT,” ujarnya.

Perkuliahan yang ia hadapi tidaklah setiap hari, sehingga jika ada agenda sekolah dapat tetap diikuti.

Pasalnya, perkuliahan juga mengharuskan mahasiswa mengikuti secara luring di dalam kelas, maka dari itu Nurul harus bijak mengatur perizinan di sela-sela jam mengajar.

Bahkan biasanya terdapat perkuliahan malam hari yang mengharuskannya bugar agar tubuhnya tidak sakit.

BACA JUGA :  Nezha Putri, Model Asal Grobogan Juarai Ajang Miss Indonesian Culture 

Faktor kesehatan kali ini menjadi tantangannya saat non stop meraup pundi-pundi rupiah dan mengais ilmu.

Nurul sendiri berasal dari keluarga yang sederhana.

Anak terakhir dari tiga bersaudara itu berjuang di kota orang dengan cukup telaten.

Biaya kuliahnya ditanggung sendiri dari tabungan yang disisihkan selama mengajar per bulan.

“Saya selalu menyisihkan sebagian gaji saya tiap bulan untuk membayar kuliah yang kemudian nanti bisa membayar uang kuliah per semester. Walaupun saat ini saya masih tinggal bersama kedua orang tua saya, tetapi kini saya hidup kos di Sampangan, Semarang, Saya berasal dari latar belakang keluarga biasa saja,” tutur wanita dengan murah senyum tersebut.

Nurul memegang prinsip jika jalan sudah dilalui berdasarkan pilihanya, maka harus dituntaskan dengan usaha dan doa setiap langkahnya.

Ia memiliki beban yang cukup berat di pundak karena bekerja di sebuah lembaga, di satu sisi ia wajib menjalankan studi S2-nya.

“Karena saya juga bekerja di SD swasta, di mana saya juga harus memberikan yang terbaik bagi lembaga, sehingga kegiatan-kegiatannya juga banyak. Sejauh ini saya berprinsip semua harus dilalui karena sudah menjadi pilihan saya, berusaha dan harus selalu berdoa,” tegasnya.

Menurutnya, yang ia jalani tidak berat asalkan menjalankan kewajiban sesuai prosedur.

Ia percaya bahwa cita-cita yang diperjuangkan akan mendapatkan hasil yang baik. Semua ia pasrahkan kepada Allah SWT.

“Menjadi pengajar dan mahasiswa dengan usaha biaya sendiri di kota orang lain tidak terlalu berat asalkan semuanya kita kerjakan sesuai prosedur, InsyaAllah akan selesai semuanya. Saya juga tidak terlalu berambisi dalam mengejar karir, biarlah semua berjalan sesuai waktunya saja, semoga di suatu hari apapun yang saya perjuangkan dapat membuahkan hasil yang baik,” tambahnya.

BACA JUGA :  Sejumlah Bazar UMKM Meriahkan Acara MTQ ke-XXX Tingkat Provinsi Jawa Tengah 

Tidak semua orang bisa melalui kerasnya perjuangan yang dialami oleh generasinya.

Apalagi Generasi Z (Gen Z) sepertinya, jarang mempunyai karakter tangguh berjibaku mengejar masa depan yang belum pasti.

Meski begitu, Nurul berpandangan lain, karena menurutnya Gen Z bisa lebih hebat dan kreatif daripada yang dibayangkan banyak orang yang memandang sebelah mata.

“Tidak semua Gen Z mudah mengeluh, bahkan beberapa gen Z yang saya kenal jauh lebih semangat dalam menggapai cita-cita dibanding saya yang sebenarnya masih biasa saja. Bagi Gen Z yang sering mengeluh mungkin karena memang pada zamannya semuanya sudah dipermudah, sehingga lebih banyak mengeluh. Saya yakin Gen Z juga tidak kalah hebat dan malah banyak juga yang kreatif-kreatif dari generasi sebelumnya,” tegasnya.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini