Sudut Pandang Guru SD, Menjadi Pendidik Riang dan Tanggap Terhadap Kondisi Murid

waktu baca 3 menit
Selasa, 15 Apr 2025 16:02 0 232 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Seorang guru semestinya akrab dengan murid-muridnya, selalu menghadirkan suasana belajar yang hangat dan menyenangkan.

Menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati untuk mendidik dan menginspirasi, karena profesi ini adalah ladang amal yang mulia.

Seperti yang dilakukan oleh Irma Widyastuti, seorang guru asal Desa Bringin, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati yang memilih menjadi guru karena menyukai dunia anak-anak.

Dari sini, ia memahami, mengerti, dan mengasihi anak didik di sekolah.

“Dunia anak menyenangkan bagi saya. Menjadi orang tua kedua setelah rumah bagi anak adalah sebuah kesempatan yang menantang untuk dilakukan. Memahami, mengerti, mendidik, mengasihi tidak hanya dilakukan oleh orang tua saja kepada anaknya, karena guru mempunyai tempat yang sama untuk mencintai murid mereka dengan cara berbeda yaitu dengan menjadi seorang pendidik,” ungkap guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dukutalit 02 itu saat diwawancarai Mondes.co.id.

Menurut Irma, menjadi guru adalah misi mencerdaskan generasi, sehingga ia harus mengajar, memahami karakter, dan menganalisa kebutuhan belajar siswa/siswi.

Menjalankan peranan itu membuat hati Irma merasa puas.

“Ingin menjadi guru yang diberikan tempat di hati para inspirasi bagi mereka dengan pendidik mereka. Memahami karakter mereka, mengetahui kebutuhan mereka dalam belajar selalu menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi saya setiap harinya, karena memahami mereka dengan segala perbedaan adalah kepuasan batin,” ucap perempuan yang mengawali karirnya sebagai guru sejak 2018 silam.

Karakternya humble dengan siapapun, membuatnya mudah beradaptasi hingga melatarbelakangi dirinya memilih jalan menjadi pendidik.

BACA JUGA :  Jepara Tuan Rumah Sepak Bola Usia Dini se-Pulau Jawa

Dengan melakukan pendekatan kepada mereka, Irma dapat membantu dan memahami apa yang mereka inginkan, sehingga dirinya menjadi guru yang menyenangkan untuk anak-anak.

“Awalnya karena desakan ayah, beliau berfikir dengan karakterku yang gampang berbaur dengan dunia anak dan suka dengan anak kecil, beliau menyarankan untuk menjadi guru. Awal hanya sekedar cinta dengan dunia mereka, tapi mereka mengajarkan memahami arti, bahwa pengalaman adalah guru terbaik, maka menjadi guru adalah pengalaman terbaik,” ucap Irma.

Kesan yang ia peroleh menjadi guru selama ini memberikan kebahagiaan ketika melihat senyuman dan tingkah random bocah kecil (bocil).

Berkat jadi guru alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) itu, menjadi panutan tiap anak didiknya.

“Sukanya menjadi guru mendapatkan kebahagiaan melihat siswa kita mengerti apa yang kita ajarkan dan mendapatkan kesempatan menjadi panutan bagi anak-anak. Sedangkan, dukanya menjadi guru menghadapi tugas administrasi yang menjadi beban dan guru tidak cuma fokus di kelas, tapi dituntut profesional di luar kelas, sehingga harus menjaga sikap agar tidak terlihat badmood ketika suatu hal,” urainya.

Selain itu, duka yang ia temui selama menjadi guru adalah pergantian kurikulum, sehingga membuatnya harus beradaptasi.

Belum lagi tugas administrasi guru yang banyak dan menghadapi banyak administrasi yang membebani guru.

Tantangan sebagai guru yakni harus memahami karakter anak yang bermacam-macam serta potensi yang berbeda-beda.

Oleh sebab itu, guru tidak boleh fokus pada satu sudut pandang saja untuk mengikuti dinamika di dalam kelas, demi pendidikan yang lebih modern.

“Beragam karakter siswa menjadikan kita harus tanggap dalam memahami mereka, karena setiap individu pasti memiliki perbedaan sifat, ego, tingkah laku. Dengan melakukan pendekatan kepada siswa dan orang tua siswa, maka itu menjadi langkah yang baik,” ungkap  guru dengan pembawaan periang itu.

BACA JUGA :  Terjerat Pidana, Wartawan Abal-abal Asyik Berkeliaran, Gulo: Jemput Paksa!

Keikhlasannya membimbing peserta didik, telah dijalaninya sejak menjadi pendamping pembina pramuka pada 2017, berlanjut menjadi Guru Wiyata Bhakti (GWB) di 2018.

Kala pertama mengajar, dia diamanahi mengajar Pendidikan Bahasa Inggris, tak lama kemudian diamanahi menjadi wali kelas untuk mengajar kelas rendah, tepatnya kelas II.

Perlu penantian bertahun-tahun, akhirnya pada 2022, ia diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di sekolah tersebut.

Di sana, ia menjadi orang tua sekaligus teman bagi peserta didik dan selalu memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh anak, karena semuanya memiliki hak untuk mendapatkan momen terbaik dalam unjuk diri.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini