PATI – Mondes.co.id | Jalan raya Pati-Kudus KM 4, tepatnya di depan Perumahan Gunung Bedah Permai sering kali terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan pengendaranya terluka parah bahkan meninggal dunia.
Konon diceritakan, jalur yang sedikit berkelok dan menurun tersebut bisa terbelah menjadi dua saat menjelang dini hari.
Aura mencekam memang sangat terasa jika melewati jalan ini ketika malam hari. Pencahayaan yang sedikit memudar, serta area pemakaman yang tepat berada di atas jalur tersebut membuat suasana semakin sunyi.
Menurut salah seorang yang pernah menjadi penggiat spiritual bernama Suparno (65), konon pembangunan jalan itu dulu memakan banyak korban jiwa saat zaman penjajahan.
Banyak para pekerja paksa yang kelelahan dan meninggal dunia lalu dikuburkan di sepanjang jalan tersebut.
“Benar jalan itu bisa bercabang, banyak penunggunya di situ,” ujarnya saat diwawancarai tim Mondes.co.id, Kamis, 11 Januari 2023.
Lelaki berambut putih ini bercerita, saat ia bersemedi di area pemakaman, tepatnya di atas jalan tersebut, dirinya diperlihatkan bahwa jalan itu bercabang menjadi dua. Kebanyakan para pengendara memilih arah ke kiri karena jalannya cukup terang.
Padahal jika jalan itu terbelah menjadi dua, sang pengendara yang melintas harus mengambil ke arah kanan, karena sebelah kiri adalah tembok batu beton.
Maka dari itu, kecelakaan di sana sering terjadi dan rata-rata sang sopir mengatakan jika jalannya terbelah menjadi dua.
“Harus ambil ke kanan, kalau ke kiri pasti menabrak,” tegasnya.
Suasana yang berbeda memang sangat terasa jika kita melalui jalan tersebut, diatas jam 00.00 WIB, hening, sunyi, serta lampu jalan yang remang-remang ditambah rimbunnya pepohonan akan menyambut kita saat melintas.
Tidak habis disitu saja, kurang lebih sepanjang 1 km, di kanan kiri jalan tersebut dipenuhi gudang-gudang, bahkan bangunan yang terbengkalai dan tidak berpenghuni.
Selain itu, sebelum tahun 2000-an, diceritakan Suparno jika jalur ini sangatlah gelap, tidak ada lampu penerangan yang memadai, bahkan tidak ada warung dan pedagang yang berjualan selepas adzan maghrib berkumandang.
“Tidak ada warung di sana kalau sudah malam, jarang orang melintas sendirian,” ucapnya sambil terbata-bata.
Setelah Jalur Lingkar Selatan (JLS) dibuka dan perkembangan zaman sudah mulai maju, kini di jalan tersebut jarang terjadi kecelakaan hebat, karena kendaraan besar memilih melewati jalur lingkar.
Kendati demikian, ia berpesan jika melintasi jalan tersebut, para pengendara setidaknya membunyikan klakson sebagai penanda jika ada seseorang hendak lewat.
“Bunyikan bel atau lampu dim, biar mereka tahu kalau kita mau lewat area tersebut,” tutupnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar