Sengkolo Malam Satu Suro, Menilik dari Sisi Masyarakat Jawa dan Islam

waktu baca 2 menit
Sabtu, 6 Jul 2024 14:08 0 674 admin

Mondes.co.id | Masyarakat Jawa memiliki kepercayaan bahwa bulan Suro adalah bulan keramat.

Mereka menghentikan aktivitas seperti hajatan besar, menghindari perjalanan jauh, dan lain sebagainya.

Hal itu, karena bulan Suro dianggap hari naas atau hari sial. Khususnya, pada malam satu Suro.

Dalam Islam, bulan Suro sama dengan bulan Muharram, yang diketahui merupakan tahun baru Islam atau tahun baru Hijriyah. Untuk satu Suro, bertepatan pada tanggal 1 Muharram.

Di tahun 2024 ini, 1 Muharram 1446 H jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024. Maka, malam satu Suro jatuh pada hari Sabtu malam.

Masyarakat Jawa percaya, pada malam tersebut banyak makhluk halus mudah masuk ke alam manusia. Oleh karena itu, mereka menganggap malam tersebut merupakan malam yang sakral.

Bahkan, di malam tersebut, banyak orang yang melakukan ritual, di antaranya seperti bertapa, mencuci benda yang dianggap sakral, dan lain-lain.

Hal ini dilakukan agar bisa terhidar dari segala macam marabahaya, termasuk harta, benda, bahkan keselamatan nyawa.

Pada malam satu Suro, terdapat beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar menurut kepercayaan orang Jawa. Di antaranya, dilarang berbicara sembarangan; dilarang keluar rumah, sebab pada malam ini portal gaib dibuka secara keseluruhan, sehingga beberapa makhluk gaib diizinkan mencari tumbal; dilarang membangun rumah; dan dilarang menikah.

Salah satu larangan di atas menyebut tidak boleh menikah. Menurut kepercayaan orang Jawa, mereka yang menikah di malam tersebut, kehidupan pernikahannya akan dihadapkan oleh banyak kesialan.

BACA JUGA :  Siap-siap, Pemerintah Berlakukan PPKM Darurat Mulai 3 Juli 2021 Khusus Wilayah Jawa dan Bali

Hal ini berbanding terbalik dengan ajaran Islam. Di malam satu Suro atau 1 Muharram ini dianggap istimewa, sehingga seluruh umat muslim dianjurkan untuk melakukan banyak amalan yang positif.

Buya Yahya salah seorang Alim Ulama Islam mengatakan, bulan Suro bukan membawa malapetaka, justru kebalikannya. Bulan suro adalah bulan yang penuh rahmat. Bahkan, Allah SWT mengistimewakan bulan Muharram/Suro.

“Suro itu bukan malapetaka, kebalikannya.. bulan penuh rahmat.. bulan Allah Ada 12, 4 adalah bulan harom di antaranya adalah bulan Muharram bulan harom, bulan yang dimuliakan, bukan bulan petaka,” ujarnya dikutip dari YouTube Al-Bahjah TV.

Buya Yahya menyebut, orang yang percaya bulan Muharram membawa sial, berarti su’udzon kepada Allah. Sehingga, ia menyarankan agar tidak mempercayahi hal tersebut.

“Semua bulan itu adalah baik, bulan mulia, jangan percaya yang demikian itu, itu kan bulannya dukun itu, semua hari adalah baik untuk beribadah, dan sebagainya,” terangnya.

Bulan muharram adalah bulan istimewa, justru di bulan ini lebih baik melakukan puasa.

“Sebaik-baiknya puasa setelah bulan Ramadhan adalah bulan Muharram” (HR. Abu Dawud dan Tirmizi).

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini