SDN 9 Jambu Jadi Sekolah Adiwiyata Jateng, Kembangkan Inovasi Cincau Hijau

waktu baca 2 menit
Rabu, 10 Jul 2024 17:16 0 701 Dian A.

JEPARA – Mondes.co.id | SDN 9 Jambu menjadi sekolah Adiwiyata Jawa Tengah 2024. Sekolah ini menerima piagam penghargaan dari Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana pada 25 Juni 2024 di Kebun Raya Baturraden, Banyumas.

Kepala SDN 9 Jambu Enny Nuryatie mengaku, sekolahnya telah menjalankan Program Adiwiyata sejak tahun 2017. Sebelumnya, sekolah ini telah ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Kabupaten Jepara.

“Kami tidak hanya menjadikan lingkungan sekolah hijau dan asri, tapi juga mengajak siswa memiliki karakter berwawasan lingkungan,” kata Enny Nuryati, Rabu (10/7/2024).

Salah satu inovasi yang dilakukan di sekolahnya adalah mengenalkan tanaman cincau hijau (Cyclea barbata miers) kepada siswa. Tumbuhan yang ditanam secara stek sejak beberapa tahun lalu di halaman belakang sekolah ini, tidak hanya digunakan untuk penghijauan di lingkungan sekolah.

“Tanaman cincau hijau dimanfaatkan untuk melakukan inovasi pembelajaran berupa pembuatan produk olahan, minuman cincau hijau,” kata dia.

Koordinator Program Adiwiyata Farah Ika Ermila menerangkan, pada implementasi Kurikulum Merdeka, pengolahan potensi cincau hijau berkorelasi dengan sejumlah tema dalam P5.

“Di jenjang SD, inovasi pembuatan produk olahan cincau hijau setidaknya dapat dimanfaatkan untuk kontekstualisasi dua tema P5, yakni tema Gaya Hidup Berkelanjutan dan tema Kewirausahaan,” kata Farah.

Pada salah satu dokumen inovasi yang dikirim ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah, inovasi pembuatan minuman cincau hijau disertakan.

Beberapa kegiatan lain juga dilakukan di sekolah dalam Program Adiwiyata. Siswa di sekolahnya tidak hanya dikenalkan cara memilah sampah, tapi sudah sampai tahap pengurangan sampah dari sumbernya.

BACA JUGA :  Petani Kedelai di Pati Kesusahan Jual Hasil Panen

Begitu pun dengan kantin sekolah yang sudah diterapkan untuk mengurangi penggunaan plastik pada kemasan makanan dan minuman yang dijual.

“Siswa telah lama diajak membawa wadah minuman dan makanan dari rumah. Minuman yang dibeli di kantin, dituang ke gelas yang dibawa siswa dari rumah. Setelah digunakan, gelas dicuci lalu disimpan di kelas masing-masing,” katanya.

Sampah organik di sekolah dijadikan sumber pembuatan pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik digunakan untuk membuat berbagai produk bermanfaat seperti tas, hiasan, vas, dan sebagainya. Sebagian dimanfaatkan langsung, sebagian disimpan di almari kaca yang ada di sekolah.

Oleh guru, siswa juga diajak mengecat warna-warni puluhan botol kemasan minuman yang kemudian dimanfaatkan sebagai pot gantung. Selain memperindah lingkungan sekolah, kegiatan ini menjadikan sekolah makin hijau.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini