Sanggar Seni Prigel Bromastro Asah Bakat Tari dan Tata Rias Anak Muda

waktu baca 4 menit
Senin, 8 Sep 2025 13:33 0 87 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Di Pati Bumi Mina Tani, terdapat sebuah sanggar seni tersohor dengan fokus ke berbagai cabang, mulai dari seni tari, seni rias, seni berbusana adat, hingga seni karawitan.

Namanya Sanggar Prigel Bromastro yang terletak di Desa Tambahmulyo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati.

Yheni Aprilia Susanti (25), selaku pemilik sanggar menuturkan, pihaknya memfasilitasi proses belajar bagi warga setempat, serta anak-anak untuk nguri-uri budaya.

Setiap pekan, banyak anak-anak yang datang untuk kursus menari, Yheni sebagai pelatihnya.

“Kita memang fokus mengembangkan minat bakat anak untuk maju di bidang kesenian, kalau bisa ikut lomba atau tidak itu bonus, yang penting kami mengasah skill anak. Nggak hanya di tari saja yang kami ajarkan, seperti cara sanggul, make up, dan berbusana yang benar,” ungkapnya kepada Mondes.co.id, Senin, 8 September 2025.

Sanggar Prigel Bromastro, juga mengajari tata cara berbusana adat yang tepat.

Meski dirasa simpel, ternyata berbusana adat masih kerap diabaikan sehingga banyak salah kaprah.

“Selain itu materi cara pakaian jarikan gimana, lereknya gimana, gaya Solo gimana, tlakepnya kiri atau kanan, cowok atau cewek gini. Karena kadang ada orang jarikan sepenake dewe di era gempuran karnaval banyak kebolak-balik, di situ kami membenarkan,” ujar perempuan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Yheni melatih di Sanggar Prigel Bromastro dengan niat tulus mengembangkan minat dan bakat anak didik, supaya mereka terlatih dan bisa mengembangkan kemampuan bidang kesenian.

Di momentum acara hiburan ataupun resmi, ia kerap dimintai melatih talent supaya bisa tampil dengan bagus.

BACA JUGA :  Penculikan Anak Marak, Komisi D: Semua Elemen Harus Bergerak!

Saat ini sudah ada 50 murid yang kursus di Sanggar Prigel Bromastro, bahkan murid terkecil ada yang masih berusia 3,5 tahun.

Ia menyelenggarakan pertemuan kursus setiap hari Minggu di Sanggar Prigel Bromastro yang berlokasi di Dukuh Turi, Desa Tambahmulyo RT 2/RW 1, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati pada pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB.

“Murid paling kecil ada 3,5 tahun sampai usia SMA (Sekolah Menengah Atas), orang dewasa juga monggo. Karena kebetulan ibu-ibu PKK juga sering minta tolong saya untuk melatih di acara 17 Agustusan, pentas seni sekolah, karnval, maupun latihan buat kegiatan Natalan, baik di desa sini maupun luar desa,” ungkap wanita yang juga seorang guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Tambakromo.

Di Sanggar Prigel Bromastro, cara melatih dengan klasifikasi yang tepat berdasarkan usia dan kemampuan.

Setiap murid ada materi dan tata cara melatih yang berbeda-beda.

Lebih lanjut, pada akhir tahun terdapat ujian evaluasi.

Setelah itu, murid diberi panggung pementasan, supaya bisa memberi pengalaman anak didik tampil menari di hadapan penonton.

“Sampai saat ini saya kelompokkan sesama SMP, kalau SD saya kelompokkan bukan kelas tapi kemampuan, karena meski masih kelas IV ada yang mampu mengikuti kelas V, kasihan kalau dikelompokkan sesuai usia atau kelas saja. Semua ada materinya sendiri-sendiri, saya sesuaikan tariannya dan genrenya demi kemampuan mereka supaya meningkat,” terangnya saat diwawancarai setelah melatih di sanggar.

Diketahui, ia melatih tarian di berbagai genre dan daerah, bahkan tarian modern juga ia ajarkan kepada siapapun yang mau belajar.

Menurut Yheni, mengasah kemampuan tari anak didik tidak perlu ambisius untuk bisa tembus ke perlombaan.

BACA JUGA :  APK Langgar Aturan di Pati Dibongkar Hari Ini

Kendati demikian, ketika menyongsong agenda perlombaan, ia tetap mempersiapkan diri melatih anak didik supaya tampil maksimal hingga ukir prestasi.

Ia juga pernah dimintai tolong melatih di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Pati.

“Banyak anak-anak yang datang, banyak genre kami ajarkan mulai Jaipongan (Jawa Barat), Piring, modern dance. Kadang kalau melatih penampilan disesuaikan klien seperti acara SMP, nikahan, SKB karena di sana kurang pelatih dan anak, sehingga kepala sanggar meminta bantuan anak sanggar,” ucap Yheni.

Sanggarnya sering mendapat job Wedding Organizer (WO) terutama dalam tata cara adat Jawa.

Khusus di tari kemampuan gerakan diasah secara tepat agar menghasilkan penyajian tarian yang estetik.

“Karena rezekinya ada WO di Pati yang nyantol, memang fokus saya kalau nari jangan sekedar joget, karena nari ada banyak makna, saya sebisa mungkin memberikan pengertian ke anak-anak seperti lenting seperti apa, ngrayung seperti apa srisig seperti apa. Yang dipertaruhkan pasti pelatih ketika pentas di luar, kita udah pakem, semua bergantung penilaian seseorang, saya selalu membuka kritik dan saran,” jelasnya.

Latar belakang lulusan ISI, membuat sosok Yheni dikagumi masyarakat, khususnya yang ingin mengajari tari.

Peran suami dan keluarga yang juga memiliki basic seni, mendorongnya melestarikan kesenian tradisional.

“Gak harus melulu harus ikut kompetisi, saya gak ambisius karena kalau kita ambisius di situ, persaingan banyak, ada beberapa anak merasa saling bersaing, saya mengurangi hal tersebut, jadi niatnya mengembangkan minat bakat. Kalau besok ada yang bisa nari, make up, bisa buat membukakan ladang rejeki anak-anak yang melatih sama saya,” urainya dengan bangga.

Selain mendedikasikan kemampuannya untuk anak didik, Yheni juga membukakan lapangan pekerjaan bagi kawan-kawannya yang membantu melatih anak didik.

BACA JUGA :  Konsumsi Meningkat Saat Ramadan, Segini Harga Cabai dan Bawang Merah di Pati

Ia berhati mulia karena memberi jalan rezeki kepada teman seperjuangannya.

“Itu mereka yang ikut saya baru wisuda dari kecil udah bareng-bareng yang nyantol, ada perawat, ada yang guru tari ada guru Bahasa Jawa, mereka bisa mencari uang jajan dari melatih tari,” tuturnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini