PATI – Mondes.co.id | Ana Rahmawati, merupakan guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris dari Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati.
Ia adalah sosok guru pengajar yang tegar dalam menjalankan tugas guna mencerdaskan putra putri bangsa.
Dengan tutur lembut nan sabar, ia perlahan menuntun anak usia dini supaya mengenal angka dan huruf.
Wanita yang akrab disapa Bu Ana ini, sudah menjalani profesi guru sejak tahun 2009 silam.
Walau meniti karir dengan cara wiyata bakti, ia tak pernah sedikitpun mengeluh dan merasa gentar.
Ia saat ini mengajar di SMPN 2 Juwana, selain itu juga menjadi guru di MTs Bustanul Ulum yang berada di Desa Pagerharjo.
Bahkan Ia juga mendedikasikan diri mengajar secara gratis di Sanggar Dolanan Tradisional dengan kelas di alam terbuka, pada tahun 2022 dengan anak didik sekitar 80 orang.
Menjadi guru, menurutnya adalah sebuah profesi yang sangat mulia di dalam kehidupan.
Yang mana sejatinya seorang guru harus rela dan ikhlas mengajar serta merawat potensi anak hingga menjadi sosok yang bernilai.
Sembari menuntun kata demi kata, ia menceritakan jika sejak lulus dari Universitas Negeri Semarang pada tahun 2008 dan mulai wiyata bakti pada tahun 2009, hingga kini tak kunjung juga mendapatkan Status ASN.
Hal itu lantaran sudah empat kali ia mendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), selalu mengalami kegagalan hingga usianya beranjak melebihi 35 tahun.
Nahasnya, pada usia 35 tahun dirinya sudah tak memenuhi syarat untuk kembali mengikuti CPNS, dan hal itu diperparah dengan pemerintah meniadakan CPNS jabatan guru.
“Saya sudah empat kali ikut CPNS tapi tidak berhasil. Hingga pada 2021 lalu ada seleksi PPPK, dan saya ikut. Alhamdulillah saya lolos,” ujarnya, Selasa 6 Juni 2023.
Tak patah arang, di ruang tamu berukuran 3×4 meter mulutnya berucap. Tahun 2021 saat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati membuka seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), ia mencoba mengikuti dan akhirnya lolos.
Setelah lolos, kini ia tinggal menantikan SK penempatan sesuai kewenangan Pemkab Pati menyesuaikan kekosongan posisi guru.
Halangan dan rintangan tidak hanya sampai disitu saja, meskipun sudah lolos hingga kini Ana tak kunjung juga mendapatkan SK.
Dan sekali lagi ia harus menahan kesabaran yang ada didalam dirinya.
“Saya belum mendapat SK sehingga harus menunggu. Padahal teman-teman saya yang lolos seleksi bareng saya sudah pada penempatan,” nadanya bergetar.
Dari riset yang dilakukannya, SK belum juga turun lantaran sekolah yang membuka peluang guru Bahasa Inggris sangat minim.
Karena posisi guru Bahasa Inggris di jenjang SMP dan SMA akan membuatnya ditempatkan di SD.
Ia beranggapan jika suatu kekosongan tidak menjadi sebuah masalah bagi Ana.
Lantaran ia juga memiliki pengalaman mengajar Bahasa Inggris di semua jenjang dari pendidikan dasar dan menengah ke atas.
Sembari menunggu SK PPPK, ia terus berharap agar ditempatkan di sekolah yang dekat dengan rumah karena sudah memiliki tanggungan keluarga.
Tak ditutupi, kadang kekhawatirannya muncul ketika bakal ditempatkan di daerah yang terpencil dan jauh dari keluarga tercinta.
Sambil sesekali meremas jarinya untuk melepaskan ketegangan, Ana mengakui jika di usia yang sudah mulai menua, membuatnya cepat merasa lelah saat mengajar di beberapa lokasi sekaligus.
Kendati demikian, semangat yang mengobar bak api membara, Ana bertekad akan selalu mendedikasikan seluruh jiwa raga demi para generasi bangsa.
Bahkan di luar jam mengajar formal, ia membuka kesempatan anak-anak untuk belajar les.
Ia memberi kesempatan les Bahasa Inggris di MTs usai pelajaran berakhir maupun di rumahnya.
“Kalau di madrasah saya ngelesi anak kelas 9 pukul 14.00-15.00 WIB. Lalu saya pulang mulai menerima siswa les di rumah pada pukul 15.00-17.00 WIB. Murid yang les ke rumah dari berbagai desa tidak hanya dari sini saja,” imbuhnya.
Tidak sampai disitu, dalam pandangannya bahwa tantangan saat ini adalah minat belajar anak-anak harus tetap digelorakan terutama Bahasa Inggris.
Walaupun rendah peminatnya, Bahasa Inggris menurutnya banyak yang belum diketahui jika itu sangat penting sekali di masa yang akan datang.
Kendati demikian, Ana tetap tegar dan sabar melalui jalan terjal kehidupan.
Ia tetaplah seorang guru yang mengabdikan diri pada masyarakat, institusi dan negara.
Kiprahnya layak diapresiasi sebagai sosok yang memberikan teladan bagi Desa Pagerharjo.
Rekam jejaknya patut dijadikan teladan agar memantik semangat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia demi mencerdaskan kehidupan bangsa. (Vin/Dr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar