Ritual Sakral Larungan Sesaji Dukuh Ngantru, ‘Ubo Rampe’ Kurang Siap-siap Nyawa Melayang

waktu baca 2 menit
Jumat, 23 Jun 2023 12:48 0 848 mondes

PATI – Mondes.co.id | Sedekah sungai di Dukuh Ngantru, Desa Mustokoharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati, mempunyai cerita mistis tersendiri di dalam setiap prosesi acaranya.

Tradisi yang diselenggarakan setiap bulan Juni itu pun harus melalui tahapan serta proses yang amat rumit sebelum dimulai.

Pasalnya, sesaji larungan yang dipersembahkan kepada leluhur saat hendak menggelar acara harus khusus dan tidak seperti pada umumnya.

Sumadi, ketua panitia sedekah sungai Dukuh Ngantru mengungkapkan, sesaji larungan yang khusus dalam acara tersebut adalah Candu.

Candu ini adalah sejenis getah yang dihasilkan dari buah candu yang belum matang, dan mempunyai aroma serta efek seperti tanaman ganja.

Selain candu, ada pula dendeng kambing yang harus sudah disate terlebih dahulu.

Kemudian ada anggur kolesom, ayam ingkung, nasi buceng, pisang raja, baru dilengkapi dengan sesaji seperti pada umumnya yang menggunakan bunga, kemenyan dan lain-lain.

Ia juga menuturkan, jika ada salah satu sesaji Larungan ada yang terlewatkan, maka acara sedekah sungai bakal dibuat kocar-kacir dan terhambat.

“Tidak ada yang boleh terlewatkan, jika satu saja ketinggalan, ya sudah, acara tidak akan berjalan lancar,” ujarnya, Minggu 4 Juni 2023.

Lebih parahnya, jika ada sesaji larungan yang tertinggal dan tetap memaksakan acara dilaksanakan. Maka akan ada korban jiwa saat itu juga.

Ia menceritakan, dahulu ada sesaji yang terlupakan dan acara tetap digelar, salah satu warga yang sedang mengikuti agenda sedekah sungai di aliran sungai Silogonggo tiba-tiba tenggelam dan hilang entah kemana.

BACA JUGA :  Mendadak, 111 Ekor Hiu Karang Penangkaran Karimunjawa Mati

Sontak, semua orang yang turut hadir dalam acara panik karena didapati ada orang menghilang di dalam sungai.

Walau sudah dicari oleh puluhan warga hingga ke sela-sela sungai berjam-jam, tetap orang yang tenggelam tak juga kunjung ditemukan.

Akhirnya salah satu tetua desa menganjurkan agar menggelar ritual pengembalian.

Berbagai sesaji larungan disiapkan kembali dari awal, satupun syarat tidak ada yang terlewatkan.

Setelah semua siap, sesaji tersebut kembali dihanyutkan ke aliran sungai.

Tidak berselang lama, akhirnya borang yang tadinya tenggelam tiba-tiba muncul dari tengah-tengah derasnya aliran air.

“Tidak boleh ada yang terlewatkan, kita harus benar-benar teliti, kita tak ingin hal seperti itu terulang kembali,” tutup Sumadi. (Vin/Dr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini