PATI – Mondes.co.id | Di balik lembar demi lembar modul sederhana, tersimpan tekad besar seorang Penyuluh Agama Islam yang tak hanya berdakwah lewat kata, tapi juga lewat huruf-huruf dalam Alquran.
Ia dalah Ali Murtopo, seorang Penyuluh Agama Islam Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati.
Ia telah mengembangkan metode menulis huruf Arab yang mudah dipahami semua kalangan.
Metode ini dituangkan dalam bentuk modul berjudul ‘Mahir Menulis Arab’.
Beralamatkan di Desa Mojolawaran, Ali Murtopo terdorong menyusun modul menulis huruf Arab karena keprihatinannya terhadap para santri Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang meski telah mahir membaca Alquran bahkan khatam, tetapi kesulitan saat diminta menulis melalui metode dikte.
Menurutnya, pemahaman ajaran Alquran yang utuh tak cukup hanya dengan membaca, karena seseorang juga harus mampu memahami arti setiap kalimat, dan itu dimulai dari kemampuan menulis.
“Kita temui banyak santri yang sudah mahir membaca Quran, tapi ketika mereka diminta menulis Alquran dengan cara didikte, membuat kalimat atau kata mereka kesulitan. Mereka bisanya menyalin,” kata Ali saat diwawancarai, Rabu (23/4/2025).
Modul ‘Mahir Menulis Arab’ disusun secara sistematis dalam lima jilid berjenjang, masing-masing jilidnya memuat materi serta target pembelajaran yang jelas.
Jilid pertama fokus pembelajaran diarahkan agar para santri bisa menulis Arab dengan huruf Hijaiyah dari alif sampai ya’, dengan bentuk penulisan yang tepat.
Sedangkan, di jilid kedua santri mulai diajak untuk menyambung huruf menjadi dua kata sederhana.
Pada jilid ketiga, pembelajaran diarahkan agar santri mulai fokus menulis tiga kata dalam Bahasa Arab secara utuh.
Latihan ini bertujuan untuk melatih keterampilan menyambung huruf, serta memahami susunan kata secara kontekstual.
Lebih lanjut, pada jilid keempat, santri diperkenalkan dengan tantangan menulis kata mengandung huruf-huruf yang tidak dapat disambung dengan huruf setelahnya, seperti wawu (و), zai (ز), ra’ (ر), dal (د), dzal (ذ), dan alif (ا).
Hal ini penting agar santri mampu mengenali bentuk penulisan yang benar dalam berbagai kondisi penulisan Arab.
Selain mempelajari huruf-huruf yang tidak bisa disambung, santri juga mulai diperkenalkan dengan huruf-huruf mad, yaitu wawu (و), alif (ا), dan ya’ (ي).
Pengenalan ini penting agar santri dapat memahami cara penulisan huruf mad yang sering digunakan dalam bacaan Alquran, serta membedakannya dengan huruf biasa dalam konteks tulisan Arab.
Pada jilid kelima sebagaimana jilid terakhir, santri ditargetkan mampu menulis huruf tā’ marbūṭah (ة) , serta memahami dan menulis kata-kata yang mengandung Al Syamsiyah dan Al Qamariyah dengan benar.
Materi ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman santri terhadap kaidah-kaidah penulisan dalam Bahasa Arab, khususnya yang berkaitan dengan pelafalan.
Ali menjelaskan bahwa buku ‘Mahir Menulis Arab’ ini telah disempurnakan dengan tiga metode pembelajaran utama, yaitu metode stimulan, imla, dan apersepsi.
Metode stimulan adalah latihan menebalkan atau menyalin huruf sebagai bentuk pengenalan awal.
Metode imla dilakukan dengan cara mendiktekan kata-kata, lalu santri menuliskannya.
Sedangkan, metode apersepsi merupakan latihan mendiktekan kata atau kalimat yang terdiri dari huruf-huruf yang telah dipelajari sebelumnya, guna menguatkan daya ingat dan keterampilan menulis santri.
Bukan hanya menyusun modul, metode yang ia kembangkan kini telah diberdayakan pada 8 desa yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Pati.
Selain itu, ia juga aktif melatih ustaz/ustazah TPQ serta para guru di jenjang SD, MI, SMP, dan MTs, khususnya di wilayah Kecamatan Gabus.
Saat ini, modul ‘Mahir Menulis Arab’ dapat dibeli melalui toko online atau langsung di tempat Ali Murtopo di Desa Mojolawaran.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar