dirgahayu ri 80

Ratusan Penyuluh Lintas Agama Sukseskan Kemah Moderasi Beragama di Pati 

waktu baca 2 menit
Jumat, 13 Sep 2024 18:17 0 354 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Kemah dilakukan oleh sejumlah tokoh penting di Kabupaten Pati, mereka merupakan tokoh yang menjadi pondasi kerukunan umat beragama di masyarakat.

Kemah yang biasanya dilangsungkan oleh anak Pramuka, kali ini dilakukan oleh para penyuluh lintas agama di Bumi Pesantenan.

Sebanyak 100 penyuluh lintas agama Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pati mengikuti acara Kemah Moderasi Beragama di Desa Giling dan Jrahi yang terletak di Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati pada 13-15 September 2024.

Kegiatan tersebut dikemas dengan berbagai rangkaian acara seperti khutbah Jumat serentak, sarasehan moderasi beragama, penanaman pohon, pentas ekspresi, serta jalan sehat kerukunan umat beragama.

Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Kampung Moderasi Beragama Kecamatan Gunungwungkal, Haryanto mengatakan bahwa event ini digelar dalam rangka memperkuat sikap toleransi kebangsaan dan anti kekerasan di kalangan penyuluh.

“Selain penyuluh sebagai peserta, kita juga mengundang berbagai pemateri yang kompeten mulai dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), tokoh agama Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu, hingga tokoh penganut kepercayaan Sapto Darmo,” ucapnya hari ini, Jumat, 13 September 2024.

Seremoni pembukaannya dihadiri oleh jajaran pejabat Kemenag, Unit Pengumpul Zakat, Kemenag, Pemerintah Desa (Pemdes) Jrahi, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Gunungwungkal, dan tokoh lintas agama.

Pada kesempatan itu, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Pati, Ahmad Syaiku menerangkan peran penyuluh agama, yang mana mereka berperan penting dalam mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lewat pendampingan keagamaan.

Ia berharap, penyuluh memastikan tiap pemeluk agama bisa berkembang dengan baik di wilayah binaan masing-masing.

BACA JUGA :  Nasib Petani Singkong di Jepara: Sewa Mahal, Harga Jual Rendah hingga Tak Ada Subsidi Pupuk

Ahmad Syaiku menambahkan, keberagaman agama di Indonesia tengah menghadapi tiga tantangan besar, yakni adanya oknum dan golongan memahami agama secara ekstrem, adanya klaim atau tafsir agama yang subjektif, dan semangat beragama yang kuat namun mengesampingkan NKRI.

“Penyuluh harus berupaya menanamkan esensi beragama yang sesungguhnya ke masyarakat luas. Tafsir agama yang subjektif juga harus dikelola untuk mencerdaskan bangsa kita, jangan sampai masyarakat suka menyalahkan antar agama,” paparnya.

Dipilihnya Desa Giling dan Jrahi sebagai lokasi tempat berlangsungnya acara, berangkat dari suasana masyarakat setempat yang moderat.

Sebelumnya, kedua desa itu ditetapkan oleh Kemenag sebagai Kampung Moderasi Beragama, lantaran penduduknya memeluk beragam agama maupun penghayat kepercayaan. Situasi masyarakat sangat rukun berdampingan sehari-hari.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini