Program SRG di Pati Tak Terealisasi, HIMBARA ke Mana?

waktu baca 3 menit
Rabu, 3 Des 2025 16:50 0 18 Vindi Agil

PATI – Mondes.co.id | Program ketahanan pangan yang digagas Presiden Indonesia Prabowo Subianto terkait Sistem Resi Gudang (SRG) masih menjadi polemik di Kabupaten Pati.

DBHCHT TRENGGALEK

Pasalnya, program yang semestinya sudah dijalankan pada pertengahan tahun 2025, hingga kini belum ada 1 pun gudang yang sudah menjalankannya.

Bahkan, Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA) hanya diam begitu saja.

Pengelola resi gudang Broto, menjelaskan bahwa resi gudangnya menjadi salah satu yang telah direkomendasi dari pemerintah pusat untuk menampung singkong hasil panen petani.

Namun, ia mengaku terkendala dengan modal.

Padahal resi gudang ini dinilai memiliki dampak bagi petani mengatasi rendahnya harga jual singkong.

Di gudang ini, singkong dari petani diolah menjadi tapioka atau tepung pati ubi kayu.

Tapioka ini kemudian disimpan dan dijual saat harga sedang bagus di pasaran.

“Resi gudang untuk antisipasi panen puncak singkong tapioka, ini termasuk komoditas baru yang direkomendasi tahun 2024 dan 2025 ini kita mulai. Semua sudah kita siapkan, kita juga sudah berkoordinasi dengan petani, pengusaha, UMKM, dan semuanya untuk resi gudang dioptimalkan sebagai tata kelola tapioka,” jelas Broto ditemui di lokasi.

Broto menyayangkan pihak pembiayaan yang masih setengah hati bagi sektor resi gudang ini.

Akibatnya, resi gudang yang diharapkan menjadi solusi petani, belum berjalan.

“Sayangnya dengan pihak pembiayaan ini masih setengah hati, masih belum responsif dengan program ini. Harapan panen singkong sudah bisa menyerap hasil panen petani dan bisa menjadi percontohan resi gudang ini,” jelasnya.

BACA JUGA :  DPRD Pati Kedatangan Anggota Baru, Ulin Nuha Sah Gantikan Sosok Almarhum Darbi

Menurutnya, di gudangnya hanya ada 200 ton dengan kapasitas 2.000 ton.

Sedangkan dua gudang lainnya kosong.

Dia berharap agar pemerintah pusat membantu sektor resi gudang agar bisa membantu petani singkong.

“Ini ada stok 200 ton dengan kapasitas 2.500 ton. Kita punya 3 gudang dan 2 posisi kosong semua,” imbuhnya.

Asosiasi Petani Singkong Pati, Mashuri Cahyadi juga membenarkan.

Menurutnya, program tersebut berdampak besar bagi para petani dan pelaku UMKM, tapi malah tidak direalisasikan.

Lebih lanjut, petani berharap adanya solusi lewat program resi gudang yang menampung singkong, juga belum berjalan.

Menurutnya, jika resi gudang berjalan maka bisa menampung singkong milik petani yang diolah menjadi tapioka.

Hasilnya bisa dijual untuk mendapatkan keuntungan bagi petani.

“Program resi gudang itu kan untuk petani, jadi kirim singkong yang sedang jatuh dan diproses menjadi tapioka dengan program tapioka resi gudang itu tetapi dari program itu tidak dilaksanakan oleh pembiayaannya. Akhirnya sama saja, nggak jalan yang rugi petani,” keluh dia.

Adi hanya bisa berharap agar ada solusi dari pemerintah pusat untuk petani singkong, salah satunya dengan resi gudang ini.

“Kita butuh solusi yang cepat, akhirnya terbengkai dengan seperti itu. Harapannya program resi gudang segera dilaksanakan,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini