PATI – Mondes.co.id | Program 10 ton per 1 hektar gagasan Bupati Pati, Sudewo menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian petani di Bumi Mina Tani.
Pasalnya, program tersebut dijalankan di tengah sejumlah wilayah lahan persawahan di Kabupaten Pati merupakan sawah tadah hujan.
Hal ini disoroti oleh Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, Warsiti yang notabene membidangi pertanian pada kewenangan legislatifnya.
Ia memandang jika tidak ada yang mustahil untuk pertanian, asalkan seluruh pihak bersinergi mendorong usaha petani yang telah kerja keras.
“Tidak ada yang tidak mungkin bila kita berusaha, untuk program Bupati kita yang 10 ton per hektar adalah sebuah tantangan bagi petani padi, terlebih adalah petani yang tadah hujan,” urainya saat diwawancarai Mondes.co.id pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Ia mengapresiasi kerja keras petani yang sukses meraih hasil 10 ton per hektar seperti yang telah terlaksana di Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati beberapa waktu lalu.
Ini menandakan jika petani sungguh-sungguh mengelola lahan dengan dengan tepat, maka menghasilkan panen yang maksimal.
“Contoh yang perlu kita apresiasi adalah perolehan 10 ton lebih hasil petani padi dari Desa Mangunrekso menandakan bila petani mau bersungguh-sungguh dalam mengelola lahannya, mengetahui sejauh mana lahan itu bila ditanami padi, bisa memperoleh hasil maksimal. Saya yakin semua petani Pati akan sejahtera,” ungkap Anggota DPRD Kabupaten Pati dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Legislator daerah pemilihan (dapil) V tersebut mengimbau petani padi untuk mengambil ilmu dari petani yang sukses menghasilkan 10 ton panenam. Sehingga langkah itu dapat diterapkan di desa masing-masing.
“Maka saya mengimbau para petani padi agar bisa mencontoh, minimal mau mengambil ilmu yang diterapkan saudara kita petani dari Mangunrekso untuk bisa diterapkan di desa masing-masing. Jangan bosan untuk berinovasi dan berdaya upaya agar petani kita sejahtera,” imbuhnya.
Ia yakin petani di Kabupaten Pati akan sejahtera jika budaya lahan dilakukan dengan benar. Upaya itu akhirnya mampu mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
“Bisa menyukseskan program Bapak Bupati, sehingga ketahanan pangan kita melimpah ruah,” katanya.
Sementara, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Pati sempat memutar otak demi bisa meraih hasil optimal pada panen padi sesuai instruksi kepala daerah.
Lahan-lahan di wilayah Kabupaten Pati bagian selatan seperti di Kecamatan Tambakromo menjadi tantangan berat lantaran mengandalkan pengairan dari air hujan.
“Jadi untuk tanah-tanah Pati selatan memang tidak sesubur tanah Pati utara, makanya penggunaan benih umur pendek sangat dianjurkan. Dan pengolahan tanahnya menggunakan pupuk organik untuk perbaikan struktur tanah, kita perlu pelakukan perbaikan intensif di tanahnya, khususnya Pati selatan,” kata PPL Dispertan Kabupaten Pati, Diana Kusumawati saat ditanya.
“Soalnya saat ada program Bupati 10 ton, teman-teman PPL di Pati selatan agak pesimis. Beda kan alam Pati selatan dengan Pati utara,” imbuhnya.
Realisasi 10 ton per hektar bakal terus digiatkan. Oleh sebab itu, perlu koordinasi antar aparatur desa.
“Tidak hanya harapan, kalau ada niat dan kerja keras dan kerja sama yang baik antara PPL di BPP (Balai Penyuluh Pertanian), Babinsa, Bhabinkabtimas, aparat desa dan kecamatan,” tandasnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar