JEPARA – Mondes.co.id | Sebagai puncak gelar pembelajaran proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) di SMA Negeri 1 Bangsri, sebanyak 360 siswa-siwi sekolah tersebut mementaskan drama tari kolosal.
Kali ini mereka mengambil cerita “Prahara Cinta Sorogoto”. Kisah asmara Sorogoto kepada Dewi Wiji, putri Ki Gede Bangsri, juga murid Sunan Muria.
Dalam drama koosal tersebut, dikisahkan, pada tahun 1500 masehi, di suatu daerah bagian utara Gunung Muria dipimpin oleh seorang Demang bernama Ahmad Yasin atau yang dikenal Ki Gede Bangsri.
Ia merupakan salah satu murid dari Sunan Muria yang mendapat tugas menyiarkan agama Islam di wilayah Bangsri dan sekitarnya.
Suatu hari terjadi prahara di Kademangan Bangsri yang menimbulkan kekacauan.
Surogoto teman seperguruan Ki Gede Bangsri datang untuk melamar putrinya Dewi Wiji.
Namun ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan.
Dewi Wiji tidak mau dipersunting Sorogoto.
Kemudian, Dewi Wiji melarikan diri dan meminta pertolongan kepada orang-orang yang ia jumpainya di perjalanan.
Surogoto tidak tinggal diam, ia mengejar Dewi Wiji dan membunuh setiap orang yang memberi pertolongan kepada Dewi Wiji.
Ki Gede Bangsri tidak tahan dengan kelakuan Surogoto yang semakin berutal.
Untuk menghentikan Surogoto, Ki Gede Bangsri mengajak adu ilmu kanuragan.
Saat beradu ilmu itulah, Surogoto merasakan seluruh badannya seperti terbakar.
Ia berlari ke arah utara dan tanpa sadar menceburkan diri ke laut.
Seketika Surogoto berubah menjadi Yuyu (sejenis kepiting).
Menyadari dirinya berubah, Surogoto mengancam akan menghabisi seluruh rakyat Bangsri kalau Dewi Wiji tidak diserahkan kepadanya.
Dengan penuh kesadaran akan petaka dan ancaman dari Surogoto, Dewi Wiji izin kepada Ki Gede dan Nyi Gede Bangsri untuk mengorbankan dirinya.
Kemudian Dewi Wiji ikut menceburkan diri ke dalam laut dan seketika berubah menjadi ular.
Melihat kejadian tersebut Ki Gede Bangsri berujar kepada seluruh rakyat, “Suroghoto ambyur ing segoro banjur malih rupa dadi Yuyu, mula Yuyu kae tak jenengke Yuyu Goto lan putriku Dewi Wiji sakwise ambyur ing segoro malih rupa dadi ulo, mula tak wenehi jeneng Ulo Lempe. Lan siji maneh kanggo pangeling-iling sopo wae seng tatu keno Yuyu Goto bisa waras yen ditambani getihe ulo lempe. Lan sak walie sopo seng keno tatu ulo lempe, bisa waras yen entok tombo yuyu Ghoto.”
Dalam pementasan tersebut, tokoh Sorogoto diperankan Hasan Ali Satria, Ki gede Bangsri oleh Raditya Bagus Wiryanto, dan Dewi wiji diperankan oleh Avrilliani Cahya Wulan.
Kisah inilah, yang sampai sekarang dipercaya oleh masyarakat Bangsri dan sekitarnya.
Untuk pantai yang merubah Sorogoto menjadi yuyu, dan Dewi Wiji menjadi ular, yaitu Pantai Bateng Portugis, Desa Banyumanis, kecamatan Donorojo.
Di pantai tersebut, ditemukan yuyu yang dinamakan Goto, dan ular yang dinamakan Lempe.
“Senang bisa memerankan tokoh Dewi Wiji. Pengalaman luar biasa dan tidak terlupakan dalam pembelajaran P5,” ungkap Avrilliani Cahya Wulan. (Ar/Dr)
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar