PATI – Mondes.co.id | Tak menyangka, ternyata makanan tradisional bernama dumbek masih diminati dan dicari-cari oleh masyarakat di era modern saat ini.
Kondisi tersebut menjadi berkah bagi pengusaha dumbek asal Kabupaten Pati, bernama Sutriyono.
Sejak 2020, dirinya bersama istri memulai usaha berjualan makanan khas kawasan Pantura Jawa Tengah bagian timur tersebut, yakni meliputi dumbek, buah siwalan, dan minuman legen.
Produk-produk tersebut merupakan hasil dari bermanfaatnya pohon lontar yang banyak tumbuh di kawasan Pati, Rembang, hingga Tuban.
“Alasan berjualan dumbek, legen, siwalan sejak 2020. Alasan saya berjualan dumbek dan sepaket produk tanaman lontar, karena jarang ada yang jual, dan disambut antusias para pembeli di Pati,” ungkap pria yang beralamatkan di Desa Bakaran Wetan RT 03/RW 03, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Masyarakat banyak yang membeli dumbek olahannya dikarenakan memiliki kualitas yang bagus dan rasa yang nikmat.
Menurutnya, masyarakat menyukai dumbek lantaran seluruh bahan serta prosesnya dilakukan secara alami.
Ia optimis menggeluti usaha berjualan dumbek, apalagi sejauh ini mampu menjualkan dumbeknya ke seluruh wilayah Kabupaten Pati.
Masyarakat pun telah mengakui lezatnya dumbek yang diolah olehnya dengan usaha bernama Omah Wit Lontar.
“Sekarang masih banyak pembeli, saya optimis menggeluti usaha dumbek karena masyarakat meminati dumbek buatan kami konsisten kualitas dan rasanya. Masyarakat menyukai dumbek karena diproses dari bahan alami tanpa pemanis buatan,” urainya saat diwawancarai Mondes.co.id, Kamis, 17 Oktober 2024.
Rahasia di balik lezatnya dumbek olahannya yaitu selalu segar dan perpaduan varian rasa yang cocok untuk selera masyarakat pada umumnya.
Di samping itu, ia selalu menjaga kualitas dari produk dumbeknya.
“Ada rasa original, nangka, durian. Keunggulan dumbek saya selalu fresh atau buatan saat dipesan, sehingga rasa terjaga dan tidak cepat basi, bukan dumbek yang sisa kemarin kemudian dijual lagi,” tuturnya.
Perlu diketahui, bahwa dumbek dibuat dari bahan tepung beras, gula, dan santan. Kemudian dibungkus dengan daun lontar atau daun siwalan. Cara bikinnya, tepung beras diuleni sampai kalis, kemudian dikukus kurang lebih 2 jam.
Ia menyebut harga dumbek, legen, dan siwalan Rp20 ribu. Paling banyak ia mendapati orderan ketika momen hajatan dan acara sedekah bumi.
Walaupun ia menjalani usaha ini dengan susah payah, tetapi Sutriyono telah mampu melalui berbagai fase itu hingga sekarang.
Omzet yang ia dapatkan dari berbisnis jual aneka produk lontar, yakni Rp2 juta per bulan, sedangkan keuntungan yang ia mampu raup rata-rata Rp1 juta per bulan.
“Harga dumbek Rp20.000, legen per botol 1,5 liter Rp20.000, siwalan Rp20.000 per bungkus isi 10 biji. Sebulan bisa omzet Rp2 juta kalau ramai, keuntungan per bulan sejutanan, padahal kendala yang sempat dihadapi pernah kurang modal usaha, lalu pinjam bank,” sebutnya.
Ia berharap, usahanya menjadi sukses dan bisnisnya bisa dikenal serta diminati seluruh kalangan tak lekang oleh waktu.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar