Petani Singkong di Desa Jukung Rembang Menjerit, Harga Anjlok Drastis

waktu baca 2 menit
Senin, 8 Sep 2025 10:10 0 52 Supriyanto

REMBANG – Mondes.co.id | Para petani singkong di Desa Jukung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, saat ini tengah menghadapi masa sulit.

Mereka menjerit karena harga jual singkong anjlok drastis, membuat pendapatan mereka tidak sepadan dengan modal yang telah dikeluarkan.

​Salah satu petani Desa Jukung, Dwi Harsono mengungkapkan kekecewaannya.

“Sebelumnya harga singkong mencapai Rp3.300 per kilogram. Sekarang, harganya turun drastis, tinggal Rp1.350 per kilogram,” ujarnya dengan nada putus asa, Senin (8/9/2025).

Penurunan harga ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat dan sangat mengejutkan para petani.

​Anjloknya harga singkong ini menjadi pukulan telak bagi para petani, terutama setelah mereka berjuang keras mulai dari proses penanaman hingga perawatan.

“Modal yang kami keluarkan tidak sepadan dengan pendapatan hasil panen. Mulai dari bibit, pupuk, hingga upah tenaga kerja, semua biayanya tinggi,” tambahnya.

Dengan harga jual yang rendah, banyak petani yang terancam merugi dan kesulitan menutupi biaya produksi.

​Situasi ini memicu kekhawatiran serius di kalangan masyarakat petani di Desa Jukung.

Banyak dari mereka sebagian yang menggantungkan hidupnya dari hasil panen singkong.

Penurunan harga ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan ekonomi, tetapi juga pada motivasi mereka untuk terus bertani.

​Hingga berita ini diturunkan, belum ada langkah nyata dari pihak terkait untuk mengatasi permasalahan harga singkong yang merugikan petani.

Para petani berharap ada keterlibatan dari pemerintah daerah atau instansi terkait agar harga singkong dapat kembali stabil, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan yang layak dari jerih payah mereka.

BACA JUGA :  Dubes Spanyol Buka Peluang Kerja Sama dengan Jepara

​Petani singkong di Desa Jukung kini hanya bisa berharap harga kembali membaik.

Mereka meminta pemerintah untuk memperhatikan nasib para petani dan mencari solusi yang adil.

Jika kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan banyak petani yang beralih profesi atau berhenti menanam singkong, yang pada akhirnya akan mengancam ketersediaan komoditas ini di pasar.

​Kisah para petani singkong di Rembang ini menjadi cerminan dari tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian di Indonesia, di mana fluktuasi harga komoditas seringkali tidak menguntungkan para produsen di tingkat bawah.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini