Foto: Petani di Desa Gunungsari Kabupaten Rembang (Mondes/Supriyanto) REMBANG – Mondes.co.id | Aktivitas pertanian di Desa Gunungsari Kecamatan Kaliori kini tengah memasuki fase krusial, masa tanam dan pemupukan.
Namun, semangat para petani terancam oleh krisis air parah yang memaksa mereka untuk bersaing mendapatkan pasokan dari Embung Bayukuwung.
Petani di sepanjang Sungai Gunungsari melaporkan bahwa air dari embung yang dialirkan ke sungai utama, kini menjadi rebutan.
“Sebagian besar sudah mulai tanam, sebagian lagi sudah masuk tahap pemupukan. Tapi, kendalanya hanya satu, air kurang,” ujar Sunardi salah satu perwakilan petani, Rabu (3/12/2025).
Kondisi ini diperparah dengan minimnya infrastruktur pengairan sekunder.
Untuk menyelamatkan lahan mereka, banyak petani terpaksa membawa mesin diesel sendiri ke tepi sungai.
Mereka menggunakan pompa tersebut untuk menyedot air dari saluran yang mengalir deras, menciptakan pemandangan perebutan air yang intensif di sepanjang aliran Sungai Gunungsari.
”Air dari embung itu kalau sudah dialirkan, cepat sekali habisnya, karena langsung bablas ke laut kalau tidak ada penahan. Makanya semua petani bawa diesel, ini jadi rebutan air di sini,” tambah petani lainnya.
Menyikapi masalah ini, para petani mendesak Pemerintah Daerah agar segera bertindak cepat dan sigap.
Fokus utama tuntutan mereka adalah pembangunan Lamtorit atau kanal-kanal kecil di sepanjang jalur sungai.
Infrastruktur irigasi sekunder ini dianggap sangat penting untuk menahan laju air.
Tepatnya, mencegah air dari Embung Bayukuwung langsung terbuang sia-sia ke laut.
Selain itu, juga untuk pemerataan distribusi.
Dengan begitu, memastikan air dapat dimanfaatkan secara optimal oleh petani di sepanjang aliran sungai yang ada di wilayah Gunungsari.
Petani berharap pemerintah dapat segera menanggapi desakan ini agar musim tanam kali ini tidak berakhir dengan kerugian akibat gagal tanam karena kekurangan air.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar