Perang Obor Digelar Senin Malam, Intip Prosesi dan Ritual Sakral

waktu baca 4 menit
Minggu, 4 Jun 2023 11:08 0 1344 mondes

JEPARA – Mondes.co.id | Tahun ini, tradisi Perang Obor yang digelar masyarakat Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, bakal digelar, Senin malam, 5 Juni 2023.

Tradisi ini diperkirakan menyedot ribuan wisatawan, baik lokal maupun manca negara yang ingin menyaksikan tradisi secara langsung.

Perang Obor digelar setiap setahun sekali, jatuh pada Senin Pahing malam Selasa Pon bulan Besar atau Dzulhijah.

Konon tradisi ini sudah ada sejak 500 tahun silam.

Digelar atas kepercayaan masyarakat Desa Tegalsambi terhadap cerita tokoh Ki Babasan dan Ki Gemblong.

Saat ini tradisi ini telah ditetapkan sebagai wariaan budaya takbenda bangsa Indonesia.

Tradisi Perang Obor dimaknai sebagai ungkapan syukur masyarakat Desa Tegalsambi kepada Tuhan yang telah memberi rezeki kepada masyarakat Desa Tegalsambi melalui hasil pertanian dan juga usaha.

Sebelum acara perang obor dimulai, terlebih dahulu diadakan selametan di selapan tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Tegalsambi.

Ritual ini dilakukan sejak awal bulan 1 Mei 2023 dengan ziarah ke makam Mbah Tegal, Mbah Gemblong, Mbah Sudi Moro, Kyai Babadan, Mbah Surgi Manis, Mbah Tunggul Wulung, Barikan Sorogaten, dan Mbah Towikromo.

Setelah itu dilakukan penyembelihan seekor kerbau jantan muda yang belum pernah dipakai untuk membajak.

Penyembelihan itu dilakukan di rumah Petinggi dan biasanya dilakukan oleh kebayan Leger desa ini.

Sedangkan sesajen ditaruh di sebuah Kendil yang terdiri dari darah kerbau, jeroan, dan daging yang sudah dimasak.

Sesaji ini konon diperuntukkan bagi para danyang yang dipercayai ikut menjaga keselamatan Desa Tegalsambi.

BACA JUGA :  Srimulat di Jepara, Obati Kerinduan Penggemar Lawak Legendaris

Sebelum api obor disulut, Petinggi Tegalsambi Agus Santoso akan diarak 40 pasukan yang membawa 350 obor.

Prosesi ini dimulai dari rumah Petinggi hingga pusat upacara di perempatan jalan tengah desa.

Petinggi mengenakan pakaian adat Jawa diapit pawang api dan sesepuh desa.

Juga ada prosesi mengarak dua pusaka yaitu dua buah pedang yaitu pedang Gendir dan pedang Gampang serta sebuah arca, dan sebuah Bedug Dobol, yang dipercayai sebagai warisan Sunan Kalijaga kepada dua kebayan Leger Tegalsambi waktu itu.

Kedua pedang kayu itu konon merupakan serpihan kayu dan potongan reng yang dipakai membangun Masjid Demak.

Pusaka ini disimpan oleh Petinggi dan dua Kebayan Leger.

Secara turun-temurun setiap malam Jumat, Petinggi Tegalsambi dan 2 kebayan Leger selalu mengadakan ritual doa untuk keselamatan masyarakat di desa tersebut.

Doa tersebut dilakukan secara rutin dan sungguh-sungguh Dalam ritual ini menggunakan sesaji kembang telon.

Dengan tekun Petinggi Tegalsambi mengumpulkan bunga yang kering dan disimpan disebuah tempat khusus.

Jika waktu prosesi Perang Obor tiba, bunga kering ini kemudian dicampur dengan minyak kelapa asli dengan disertai doa dan laku khusus.

Minyak inilah yang kemudian dikenal sebagai minyak londoh.

Minyak londoh ini Oleh masyarakat setempat ini dipandang sebagai keajaiban dari doa yang tulus kepada Allah, hingga seketika dapat menyembuhkan luka bakar akibat ritual Perang Obor.

Seusai perang pasukan langsung menuju rumah Petinggi Tegalsambi.

Diantara mereka dipastikan ada yang luka karena terbakar.

Namun mereka tidak mengeluh atau merasa kesakitan.

Sebab mereka tahu bahwa secara turun-temurun pengobatan untuk luka bakar karena perang obor dapat dilakukan oleh istri Petinggi dengan cara mengoleskan minyak londoh pada bagian yang luka.

BACA JUGA :  Menilik Perjalanan Batik Indonesia sebagai Warisan Budaya

Anehnya, luka ini langsung sembuh seketika.

Secara turun-temurun setiap malam Jumat, Petinggi Tegalsambi dan dua kebayan Leger selalu mengadakan ritual doa untuk keselamatan masyarakat di desa tersebut.

Doa tersebut dilakukan secara rutin dan sungguh-sungguh Dalam ritual ini menggunakan sesaji kembang telon.

Dengan tekun Petinggi Tegalsambi mengumpulkan bunga yang kering dan disimpan disebuah tempat khusus.

Jika waktu prosesi Perang Obor tiba, bunga kering ini kemudian dicampur dengan minyak kelapa asli dengan disertai doa dan laku khusus.

Minyak inilah yang kemudian dikenal sebagai minyak londoh.

Minyak londoh ini Oleh masyarakat setempat ini dipandang sebagai keajaiban dari doa yang tulus kepada Allah, hingga seketika dapat menyembuhkan luka bakar akibat ritual Perang.

“Kami berharap tradisi Perang Obor ini akan menyedor ribuan wisatawan yang ingin menyaksikan Perang Obor secara langsung,” ungkap Agus Minggu, 4 Juni 2023.

Diharapkan kepada masyarakat yang hendak menyaksikan tradisi Perang Obor, untuk selalu waspada.

Selain menjaga keselamatan diri, juga menjaga keselamatan barang yang dibawa. (Ar/Dr)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini