JEPARA – Mondes.co.id | Pahlawan emansipasi wanita Raden Ajeng Kartini ternyata juga berperan besar dalam perkembangan industri ukir di Kabupaten Jepara.
Penulis Buku tentang kisah Kartini, Hadi Priyanto mengatakan, Kartini berupaya membantu perajin yang ada di Jepara, agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Tekad ini berangkat dari pengamatannya ketika sering kali mengunjungi daerah Belakang Gunung, yang sekarang merupakan kawasan sentra ukir Mulyoharjo.
Daerah ini, memiliki banyak perajin terampil dengan hasil kerajinan ukiran yang sangat indah.
Namun, kala itu, para perajin tersebut tetap hidup dalam kemiskinan dan tinggal di rumah reot yang terbuat dari bambu.
Penghasilan yang rendah ini, dikarenakan mereka hanya menjual barang-barang ukiran dengan harga murah.
“Saat itu mereka tidak mempunyai pasar yang jelas, mereka hanya berkarya sampai ada orang yang membeli. Sehingga Kartini tergerak hatinya untuk membantu mereka,” kata Hadi, Minggu 7 Januari 2024
Terdapat dua langkah penting yang dilakukan Kartini, kata Hadi. Pertama mempromosikan potensi ukir kayu Jepara melalui tulisan, serta menceritakan kepada sahabat-sahabatnya melalui pengiriman cendera mata secara langsung.
Kartini, menempatkan dirinya sebagai ibu asuh bagi para perajin kala itu.
Lalu, kepada sahabatnya, diceritakannya tentang keindahan ukir Jepara. Serta upaya yang dilakukannya, untuk membimbing para perajin yang ada di sana.
“Bahkan Kartini oleh para perajin itu disebut sebagai bendara putri,” katanya.
Langkah kedua yang dilakukan Kartini, kata Hadi adalah mengumpulkan para perajin ukir Belakang Gunung (Mulyoharjo), yang dipimpin Singowiryo.
Kepada mereka, Kartini meminta untuk membuat barang ukiran kecil seperti kotak rokok, tempat perhiasan, tempat obat, dan souvenir lainnya.
Seiring berjalannya waktu, kemudian produksi ditingkatkan lagi dengan membuat meja, kursi, lemari, hingga tempat tidur.
Semua barang pun laku terjual dengan harga yang lebih mahal dibanding saat mereka menjual sendiri.
“Pada waktu itu, mereka juga mendapat pesanan kotak dengan ukiran cerita wayang yang akan digunakan untuk panel foto bupati-bupati Jawa dan Madura. Untuk dipersembahkan kepada Ratu Belanda,” kata Hadi.
Barang-barang bengkel Kartini, setelah jadi kemudian dikirim sesuai pesanan. Ternyata hasil ukiran Jepara sangat digemari oleh konsumen.
Hasil penjualan itu setelah dikurangi dengan biaya produksi dan biaya pengiriman, uang keuntungannya diserahkan secara utuh kepada para perajin, sehingga mereka dapat meningkatkan kesejahterannya.
“Karena permintaan pelanggan, kemudian Kartini mulai memasukkan motif-motif baru dari Eropa,” paparnya.
Mulai sejak itu, permintaan ukir dari Jepara terus berkembang hingga sekarang.
Tidak hanya di negeri Belanda, tetapi lambat laun kerajinan ukir ini mulai dikenal hingga seluruh dunia.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar