BLORA – Mondes.co.id | Rezeki tak melulu soal harta dunia, tetapi bisa hadir berupa keluarga yang saling support dalam hal tujuan masing-masing insan untuk melangkah lebih baik.
Situasi demikian dirasakan oleh perempuan asal Cepu, Kabupaten Blora, Devi Tri Wulandari (25) usai menikah, yang mana, berkat keluarga yang ia bangun, mampu membangkitkan dirinya untuk melanjutkan studi yang sempat terhenti.
Wanita yang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang (UNNES) itu, mengaku tuntaskan pendidikan sarjana (S1) penuh dengan lika-liku.
Ia merasa mendapat berbagai cobaan dengan memperoleh dosen yang sukar dihubungi saat mengerjakan skripsi karena masa pembatasan sosial, sehingga membuatnya frustasi.
“Saya ingin sharing perjuangan menyelesaikan S1 di kala menjadi mahasiswa, seorang istri, dan seorang ibu yang hampir hilang harapan bisa menyelesaikan kuliah lagi. Ketika skripsi kendala utamanya adalah komunikasi dengan dosen pembimbing (dosbing) yang terbatas selama pandemi Covid-19. Ketika pembatasan sosial pandemi sudah mulai dilonggarkan, dosbing pensiun,” ucap wanita yang menempuh jurusan Teknologi Pendidikan UNNES Angkatan 2017.
Kala pandemi Covid-19, ia kesulitan progres skripsi lantaran aturan pemerintah terkait physical distancing, hal tersebut membuat Devi sulit bimbingan.
Beberapa tahun kemudian, setelah pandemi Covid-19 berakhir, dirinya bukannya mendapat kemudahan bimbingan, justru dosbingnya malah purna tugas.
Malang benar nasibnya menghadapi beragam rintangan di semester akhir.
“Jadinya harus ganti dosen pembimbing dan menyesuaikan lagi. Dari sini mulai kehilangan motivasi untuk kuliah, apa lagi keuangan keluarga saya anggap sudah tidak memungkinkan, bahkan saya rela kerja part time untuk kehidupan sehari-hari di Kota Semarang. Ketika keuangan makin tidak memungkinkan, dalam hati saya sudah mulai pasrah untuk tidak lanjut kuliah,” tuturnya kepada Mondes.co.id, baru-baru ini.
Terbatas finansial, membuatnya kehilangan motivasi meneruskan pendidikan walaupun sudah di detik-detik terakhir. Ia pun kemudian meninggalkan skripsinya.
Di waktu yang berdekatan, ia pun memutuskan menikah di tahun 2022.
Setelah menikah, sang suami memintanya mengurus cuti perkuliahan agar proses studi yang dijalani tidak sia-sia.
Suami mendorongnya supaya menyelesaikan perkuliahan dengan kondisi yang dipikul bersama.
“Kebetulan waktu itu malah diajak nikah sama suami Juli 2022 dan suami minta untuk mengurus cuti agar tidak melepas kuliah begitu saja, dia pengen kuliah ini kuselesaikan. Jadilah cuti selama dua semester karena kebetulan juga sedang hamil,” ucapnya ketika diwawancarai.
Namun, ia malah menyebutnya dengan istilah ‘mangkir’, karena melepaskan kuiah begitu saja selama setahun. Kemudian menjalankan peran layaknya ibu rumah tangga.
“Dua semester kemudian, akhirnya tetep melepas kuliah, kalau istilah kampus disebut mangkir, saya gak bayar UKT (Uang Kuliah Tunggal) aja pokoknya. Jalani hidup biasa saja sebagai ibu rumah tangga. Eh tiba-tiba dapat surat percepatan studi dari kampus, padahal udah setahun mangkir,” ungkapnya.
Pada 2024, ada program percepatan kuliah dari kampus. Ini menjadi kesempatan kedua Devi untuk menyelesaikan kuliah S1-nya.
Ia mengaku mendapat motivasi dari suami untuk datang dan mengurus semua tanggungan UKT, perjalanan pun ia lalui lagi dengan perjuangan keras.
“Suami inisiatif maksa buat datang dan ternyata semua tanggungan UKT masih bisa diurus pada April 2024. Karena kebetulan anak juga sudah mulai kooperatif saat itu masuk usia 1 tahun, akhirnya nekat nyelesaiin kuliah motoran Solo-Semarang kalau perlu bimbingan tatap muka, dosen sudah kasih keringanan bimbingan online,” paparnya.
Perlu diketahui, keluarga kecilnya berdomisili di Solo. Saling dukung antar satu sama lain membuatnya telaten dalam menjalani rumah tangga yang kompak.
Bahkan, ia mengaku sering melakukan medical check-up sang buah hati, dan tak mau menitipkan sang anak ke orang lain ketika masing-masing sibuk dengan tanggung jawab.
“Kami memang hanya tinggal berdua dan gak tega juga kalau anaknya dititipin. Biar ga egois amat, kami tetep pantau kesehatan anak ke dokter anak rutin. Saya tau bawa anak motoran antar kota sesering itu tidak baik, makanya kami berusaha sebaik mungkin memantau kesehatannya takutnya berefek, Alhamdulillahnya dia selalu fit, sehat, gak ada masalah berarti,” ujar Devi.
Dirinya punya tanggung jawab menyelesaikan kuliah karena sang suami dan sang anak sudah senantiasa menemaninya kemanapun.
Tugas akhir yang ia garap berjudul ‘Evaluasi Implementasi Kurikulum Pedalangan di Omah Wayang Klaten’.
“Akhirnya saya tetep lulus, diapresiasi semua dosen penguji dan dapat nilai A, sekarang sedang diusahakan untuk terbit di jurnal ilmiah. Bagi saya ini membahagiakan sekali mengingat saya sudah semester 14,” tutupnya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar