JEPARA – Mondes.co.id | Macan Kurung telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia asal Kabupaten Jepara pada tahun 2024.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengenalkan kembali Macan Kurung ini kepada generasi muda.
Seperti pada hari ini, puluhan siswa dari SDN 2 Panggang, Kecamatan Jepara terlihat antusias mengikuti kegiatan outing class di Joglo Langgar Srimuji, Desa Langon, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jumat (15/11/2024).
Mereka diajak untuk melihat dan mengenal secara langsung, kerajinan Macan Kurung yang menjadi ikon khas Kabupaten Jepara.
Selain itu, para anak SD juga diajak mengenal dan mempraktikkan kesenian wayang kulit.
Hastindra Laila, salah satu guru pendamping dari SDN 2 Panggang mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan agar para siswa mengenal secara langsung keberagaman budaya, khususnya budaya yang menjadi ikon khas Jepara.
Sehingga, para siswa yang tadinya hanya mengenal keragaman budaya melalui pembelajaran di dalam kelas, bisa mengetahui secara langsung wujud dari keragaman budaya tersebut.
“Kegiatan ini dalam rangka Belajar Duta yaitu belajar langsung dunia nyata, kalau sekolah lain mungkin namanya outing class, di sekolah kami namanya belajar duta. Agar para siswa ini bisa belajar secara langsung,” katanya.
Dengan mengenal dan melihat secara langsung, ia berharap bisa menjadi pengalaman bagi para siswa yang akan diingat hingga mereka dewasa. Sehingga kerajinan Macan Kurung bisa tetap lestari.
“Harapannya anak-anak bisa mengenal ukiran yang menjadi ikon khas Jepara, sehingga mereka tidak akan lupa dan bisa terus diceritakan hingga ke anak cucunya nanti,” tambahnya.
Mikaila Shaliha Hidayatullah (10) siswa Kelas V dari SDN 2 Panggang mengaku antusias dengan kegiatan tersebut.
Ia bercerita, dari pembelajaran tersebut, ia bisa mengetahui bagaimana sejarah dan proses pembuatan Macan Kurung.
“Tadi belajar mengenal Macan Kurung, dikasih tau yang bikin itu (mbah) Singowiryo sama (mbah) Singosawiran,” katanya.
Dengan belajar secara langsung, menurutnya juga lebih menarik daripada saat belajar di dalam kelas.
Karena selama ini, ia biasanya hanya mengenal di dalam buku pelajaran.
“Seruan ini, karena bisa lihat secara langsung. Kalau di kelas kan pakai buku,” tambahnya.
Robby Sani, Ketua Sanggar Joglo Langgar Srimuji mengatakan bahwa sanggarnya terbuka bagi sekolah ataupun sanggar lain yang ingin belajar mengenal atau mempraktikkan cara memainkan wayang.
“Sanggar kita terbuka bagi sekolah atau kelompok sanggar lain yang mau belajar mengenal wayang atau mau main gamelan. Kebanyakan yang datang ke sini biasanya baru pertama mengenal wayang,” katanya.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar