Pelaku Usaha Pertanian Tebu di Pati Mengaku Sulit Cari Tenaga Kuli

waktu baca 3 menit
Rabu, 16 Okt 2024 17:50 0 379 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Pelaku usaha pertanian tebu di Kabupaten Pati memasuki masa panen, sehingga banyak dilakukan penebasan ratoon (nama lain tebu) di beberapa lahan perkebunan tebu.

Banyak dari mereka yang mulai membongkar ratoon untuk kemudian ditanami bibit yang baru.

Kendati demikian, petani tebu merasa sulit mencari kuli untuk memanen tebu di masa-masa sekarang.

Hal ini dirasakan oleh salah seorang petani tebu asal Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati, Haryono saat diwawancarai Mondes.co.id, Rabu, 16 Oktober 2024.

Menurutnya, kesulitan saat masa panen adalah mencari tenaga kerja. Apalagi kini upah tenaga kerja panen tebu terbilang tinggi.

“Kesulitan kami (petani tebu) pasca panen, tenaga kuli sekarang sulit, termasuk dari awal garap lahan dan pasca garap lahan, sulit dan mahal,” ungkapnya ketika ditanya.

Ia menjelaskan, tarif petani yang digunakan untuk upah tenaga kuli panen. Haryono menyebut membutuhkan biaya Rp75 ribu per orang untuk tenaga kuli rawat ratoon di lahan miliknya.

Nilai upah tersebut berlaku untuk per orang di setiap hektar yang dikerjakan selama 10 hari.

Artinya, ia mesti membayar Rp5.250.000 untuk sekali perawatan ratoon yang diawali dengan menanam bibit baru.

“Kuli rawat ratoon nanam baru sekitar satu hektar ada 7 orang dikali 10 hari. Berarti 70 orang per 1 hektar rata-rata ongkos kami pagi hingga dhuhur Rp75.000. Maka biaya Rp75.000 untuk 7 orang selama 10 hari, tinggal total saja,” sebut Haryono.

Di samping itu, ada pula tenaga kuli untuk tebang-angkut ratoon. Biasanya ia membutuhkan mereka saat musim panen tiba, guna menebas tebu yang telah siap panen.

BACA JUGA :  Geger Emak-emak Nyolong Motor, Begini Kejadiannya

Kali ini, Haryono memanfaatkan 8 personel sebagai tenaga kuli tebang-angkut ratoon.

“Untuk kuli nebang dan angkut satu rombongan 8 orang. Beda dengan kuli rawat ratoon, kalau tebang-angkut ratoon sistemnya harian,” tuturnya.

Upah per orang pada tebang-angkut ratoon Rp150.000 per hari dengan berat. Jika tebu dalam kondisi bagus, maka akan ditambah Rp10.000 per kuintalnya.

“Kuli nebang harian Rp150.000, kalau per kuintal tergantung. Kalau tebunya baik dan bobotnya berat malah ada tambahan Rp10.000 per kuintal tiap borongan, itu belum termasuk amperan (jarak jangkauan pengambilan tebu), nah kalau ada yang jauh nanti ada tambahan Rp15.000, sedangkan kalau langsung bisa naik truk tambahannya Rp10.000,” tuturnya.

Selain itu, petani melakukan penanaman tebu saat musim hujan tiba, demi mengantisipasi kekurangan air serta penghematan air.

Menurutnya, ongkos untuk irigasi lahan lebih tinggi ketimbang biaya tenaga kerja.

“Untuk hemat biaya, kami menghemat air, petani menanam saat musim turun hujan pertama (labuh). Jadinya itu pengairan pakai diesel sekali sampai dua kali sudah dapat,” ujarnya.

Apalagi, Haryono memiliki 15 hektar lahan tebu, sehingga perlu pasokan air yang melimpah.

“Itu (menanam waktu musim hujan) untuk hemat air karena ongkos air jauh lebih mahal daripada ongkos harian (tenaga kuli), di nilai harga lebih mahal airnya,” pungkasnya.

Editor: Mila Candra

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini