Foto: Pedagang daging ayam di Pasar Puri Pati (Mondes) PATI – Mondes.co.id | Pedagang daging ayam di Pasar Puri Baru kini menghadapi situasi yang semakin berat.
Bukan hanya penjualan yang merosot drastis sejak adanya program Makanan Bergizi Gratis (MBG), harga daging ayam pun terus merangkak naik menjelang Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Riris, salah satu pedagang daging ayam di pasar tersebut, mengungkapkan lonjakan harga telah terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Harga daging ayam yang semula Rp37.000 per kilogram, kini tembus Rp40.000.
Ia memperkirakan harga bisa kembali naik menjadi Rp42.000 saat Nataru.
Bahkan, harganya menjadi Rp45.000 ketika Idul Fitri.
“Kemarin-kemarin masih Rp37 ribu sampai Rp38 ribu, naiknya itu karena harga hidupnya sudah naik Rp3 ribu per kilogram,” kata Riris, Senin, 8 Desember 2025.
Disebutkannya, kenaikan harga ini bahkan sudah terjadi beberapa bulan belakang.
“Sudah tiga bulan ini harganya, tidak mau turun. Pembeli jelas berkurang, ya karena harganya makin tinggi,” imbuhnya
Bukan hanya kenaikan harga yang memukul penjualan.
Riris menilai program MBG turut memengaruhi jumlah pembeli harian.
Biasanya ia mampu menjual hingga 2 kuintal daging ayam per hari.
Kini hanya bisa menjual 1,5 kuintal saja sudah dianggap bagus.
“Karena program MBG, orang jarang beli daging ayam. Anak-anak kan sudah dapat ayam dari sekolah, jadi ibu-ibu belinya sedikit-sedikit, bahkan jarang,” ucapnya.
Para Pedagang Kaki Lima (PKL) dan penjual jajanan seperti sempolan maupun pentol yang biasanya membeli daging ayam dalam jumlah besar, juga ikut mengurangi pembelian.
Kondisi itu semakin mempersempit ruang gerak pedagang kecil seperti dirinya.
“Dari bakul yang jual di pinggiran, biasanya buat sempolan atau pentol, sekarang sudah banyak yang berhenti ambil di sini,” ujarnya.
Riris berharap program MBG ke depan juga dapat melibatkan pedagang kecil agar turut merasakan manfaat ekonomi.
Ia menilai, selama ini pemasok program justru didominasi pemain besar.
“Fokusnya mungkin ke satu supplier saja, bos besar. Kami pedagang kecil ini jadi makin berkurang pembelinya, kalau bisa ya ada pemerataan,” harapnya.
Di tengah menurunnya pembeli, Riris juga berharap harga daging ayam dapat kembali stabil.
Menurutnya, harga jual Rp40 ribu per kilogram membuat keuntungan yang diperoleh sangat tipis.
“Stok aman, barang ada terus. Tapi kalau dijual Rp40 ribu ya untungnya mepet, idealnya Rp42 ribu lebih. Di pasar sore bisa segitu, tapi di sini paling mahal Rp40 ribu,” urai Riris.
Penurunan penjualan yang berbarengan dengan kenaikan harga membuat pedagang berharap ada kebijakan yang lebih berpihak kepada pelaku usaha kecil.
Sehingga diharapkan agar roda ekonomi di tingkat bawah tetap berputar di tengah tekanan pasar menjelang akhir tahun.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar