PATI – Mondes.co.id | Para finalis Duta Budaya Kabupaten Pati tampil menawan di ajang penutupan Kejuaraan Sirkuit Panahan IV yang berlangsung di Stadion Joyokusumo.
Mereka terlihat menarik saat tampil dengan busana neo-klasik bertemakan Batik Bakaran pada Minggu, 26 Januari 2025 lalu.
Siapa sangka, busana mewah itu merupakan rancangan desainer lokal Kabupaten Pati bernama Meyda Dewi Trisbiani.
Gadis asal Rendole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo itu merupakan desainer muda asal Bumi Mina Tani yang mahir menciptakan karya-karya dress dengan sentuhan perpaduan modern dan tradisional.
Pakaian yang dibuat dalam waktu dua hari itu menjadi sorotan penonton setelah dikenakan para model-model muda Bumi Pesantenan.
Dengan motif khas Bakaran, memunculkan kesan lokal yang kuat untuk menonjolkan ikon Kabupaten Pati itu sendiri.
“Busana neo-klasik yang mengusung Batik Bakaran agar lebih dikenal masyarakat luas serta memadupadankan dengan sentuhan modern. 14 baju yang diproduksi hanya dalam dua hari itu mempunyai tantangan sendiri dan menuntut kita untuk berfikir kreatif secara cepat,” kata gadis berusia 25 tahun, saat diwawancarai Mondes.co.id, Selasa, 28 Januari 2025.
Meyda bangga dengan rancangannya yang mulai dikenal publik dan berbagai penyelenggara acara besar, terutama di Kabupaten Pati.
Sering sekali skill-nya dituangkan untuk menyukseskan penampilan model di berbagai event besar, seperti Duta Budaya Kabupaten Pati, Festival Batik Bakaran, dan berbagai event besar Kabupaten Pati yang megah.
“Perasaan saya bangga sekali karena dari banyak desainer di Pati tapi saya yang selalu dipercaya untuk membuat fashion dalam beberapa event Duta Budaya. Karena founder Duta Budaya sudah selalu mempercayakan setiap event mereka untuk membuat fashion custome di saya, saya merasa sangat bangga selalu dipercaya untuk membuat rancangan baju untuk para finalis Duta Budaya,” tegasnya.
Diketahui, sebanyak 14 model finalis Duta Budaya Kabupaten Pati mengenakan busana rancangan desainer muda berbakat itu, di antaranya 6 laki-laki dan 8 perempuan.
Konsep bajunya tidak ada perbedaan antar satu sama lain, hanya saja pakaian si perempuan dibuat lebih berkilau.
“Untuk rancangan perempuan dibuat lebih bling-bling agar kesan busana pesta malamnya lebih menonjol dan terlihat lebih mewah, namun masih fokus pada motif Batik Bakaran-nya. Untuk rancangan laki-laki dibuat lebih simpel dan menggunakan satu warna kain yang sama, hanya saja berbeda modelnya agar penonton lebih fokus melihat batiknya, namun tetap melihat rancangan yang berbeda dari setiap baju yang dipakai model agar tidak monoton,” jelas perempuan dengan senyuman manis itu saat diwawancarai.
Meski karyanya sudah melanglang buana dimana-mana dan diakui kemegahannya, akan tetapi Meyda tetap rendah hati atas kinerjanya sebagai perancang busana.
Ia berterima kasih kepda semua pihak yang selalu support pada dirinya untuk terus berkarya.
“Terima kasih banyak, jujur sebenernya ini termasuk karya aku yang biasa aja soalnya modelnya simpel juga, biasanya aku bikin yang lebih rumit soalnya. Tapi Alhamdulillah sih respon dari orang-orang bagus juga mengapresiasi karya aku,” tuturnya dengan penuh haru.
Di tahun 2025, Meyda akan lebih aktif ambil peran dalam berbagai event fashion daerah maupun nasional.
Terdekat, pada Kamis, 29 Januari 2025, salah satu karyanya dikenalkan oleh peserta fashion show di Klenteng Hok Tik Bio dalam rangka Tahun Baru Imlek.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar