Optimis 10 Ton per Hektar, Petani Disarankan Pakai Benih Umur Pendek Berlabel 

waktu baca 3 menit
Jumat, 30 Mei 2025 10:59 0 276 Singgih Tri

PATI – Mondes.co.id | Dalam rangka mengimplementasikan program 10 ton per 1 hektar, maka petani di Kabupaten Pati harus mulai berbenah dalam hal budi daya tanaman padi di lahan mereka.

DBHCHT TRENGGALEK

Untuk itu, peran serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) harus proaktif memberikan pemahaman dan arahan langsung kepada petani.

Hal yang cukup menantang memang terjadi di wilayah Kabupaten Pati bagian selatan. Apalagi, kondisi lahan tadah hujan tidak sesubur kondisi lahan di wilayah Kabupaten Pati bagian utara.

Menurut salah satu PPL Dinas Pertanian (Dispertan), Diana Kusumawati, pendampingan intensif terhadap petani harus dilakukan.

Beberapa yang menjadi sorotan di antaranya pemakaian Varietas Unggul Baru (VUB) berlabel, bibit, pupuk, cara olah lahan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman.

“Yang harus menjadi perhatian atau pendampingan intensif pada petani, antara lain pemakaian VUB berlabel, bibit muda, pupuk yang tepat, pengolahan tanahnya menggunakan pupuk organik untuk perbaikan struktur tanah, pengendalian hamanya dengan pemgamatan dini. Penggunaan pestisida yang tepat tidak overdosis, yang intinya sih padi dibudidayakan yang sesuai teknis,” ungkapnya saat dihubungi Mondes.co.id, belum lama ini.

Pada pemilihan benih perlu yang berumur pendek agar bisa lekas cepat diproduksi di tengah keterbatasan kondisi lahan di Kabupaten Pati bagian selatan.

Pasalnya, lahan tadah hujan yang sebagian besar mendominasi sawah Kabupaten Pati bagian selatan, membuat petani memutar otak agar produksi padinya maksimal.

Di samping itu, penggunaan pupuk juga perlu diperhatikan agar kondisi lahan persawahan tetap subur dan terjaga.

BACA JUGA :  Detik-detik Peristiwa Proyek RS di Blora, Korban Selamat Ungkap Kronologi Mencekam

Itu sebabnya, penggunaan pupuk organik saat pengolahan tanah diwajibkan untuk memperbaiki struktur tanah di Kabupaten Pati bagian selatan.

“Jadi untuk tanah-tanah Pati selatan memang tidak sesubur tanah Pati utara, makanya penggunaan benih umur pendek sangat dianjurkan. Dan pengolahan tanahnya menggunakan pupuk organik untuk perbaikan struktur tanah, kita perlu pelakukan perbaikan intensif di tanahnya, khususnya Pati selatan,” ujar Diana.

Situasi yang mesti dievaluasi dari pola tanam petani di Kabupaten Pati ialah pengguna pupuk yang tepat dan pemakaian pupuk organik yang cukup. Sehingga petani sekarang sangat bergantung pada penggunaan pupuk kimia berlebih.

“Kadang ada petani yang konvensional memakai pupuk berlebih, mungkin petani zaman saat swasembada yang dulu. Apalagi kondisi saat itu petani kita kan belum kenal pupuk, tanah masih subur oleh organik, terus kita digenjot swasembada, biar cepat meningkat nutrisi tanaman ditambah penggunaan pupuk kimia,” jelasnya.

Ketergantungan terhadap pupuk kimia memang benar adanya. Oleh sebab itu, petani diharap bisa mengimbangi penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik.

“Karena tanah masih subur, penambahan pupuk kimia akan cepat sekali meningkatkan produksi dan selama itu. Akhirnya sampai saat ini petani konvensional masih tergantung penggunaan pupuk kimia yg berlebih tanpa diimbangi pupuk organik di tanahnya,” bebernya.

Di samping itu, pengendali hama juga perlu ditingkatkan. Menurut Diana, pemanfaatan pestisida disarankan secukupnya saja.

“Pengendalian hamanya dengan pengamatan dini. Penggunaan pestisida yang tepat tak overdosis, intinya sih dibudidaya padi yang sesuai teknis,” ucapnya.

Ia sempat bercerita ragu dengan kebijakan tersebut. Namun, faktanya wilayah Kabupaten Pati mampu menghasilkan lebih dari 10 ton per hektar, tepatnya di Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo.

Selanjutnya, bahkan ubinan menghasilkan 11,8 ton per hektar terjadi di Desa Jetak, Kecamatan Pucakwangi. Kemudian ubinan di Desa Bumirejo, Kecamatan Margorejo menghasilkan 10,8 ton per hektar.

BACA JUGA :  Tes PPPK Menggunakan CAT, BKPP Pati: Bersih dari Kecurangan! 

“Soalnya saat ada program Bupati 10 ton, teman-teman PPL di Pati selatan agak pesimis. Beda kan alam Pati selatan dengan Pati utara,” tuturnya.

Realisasi 10 ton per hektar bakal terus digiatkan. Oleh sebab itu, perlu koordinasi antar aparatur desa.

“Tidak hanya harapan, kalau ada niat dan kerja keras dan kerja sama yang baik antara PPL di BPP (Balai Penyuluh Pertanian), Babinsa, Bhabinkamtibmas, aparat desa dan kecamatan, maka bisa untuk menggerakkan dan mendampingi petani,” terangnya.

Hasil tersebut dikatakannya dapat memberikan inspirasi bagi petani lainnya. Pasalnya, budi daya padi yang tepat akan menghasilkan produk sesuai harapan.

Editor: Mila Candra 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA

Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini