TRENGGALEK – Mondes.co.id | Wacana menyatukan kembali antara pasar basah dan kering di bawah naungan Pasar Pon Trenggalek sempat menguat. Upaya tersebut merupakan salah satu alternatif yang digagas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek guna meramaikan kembali aktivitas ekonomi di pasar ikonik Bumi Menaksopal itu.
Mengingat, usai kebakaran hebat beberapa tahun lalu, Pasar Pon dibangun dan dipecah untuk melokalisir klasifikasi jualan pedagang. Yakni, antara dagangan bahan pangan pokok (pasar basah) dan jenis pecah belah serta sandang (pasar kering).
Ternyata, dinamika di lapangan berbeda dengan perkiraan awal pembangunan. Usai peresmian pasar megah itu, bencana Covid-19 melanda hingga berdampak sangat signifikan. Akibatnya, pasar kering yang menempati lokasi utama, yakni Pasar Pon hingga kini menjadi sepi pengunjung.
Menanggapi keluhan- keluhan yang masuk dari para pedagang (pasar kering), kemudian Pemkab Trenggalek pun menggagas rencana alternatif. Diantaranya akan melakukan ‘merger’ kedua pasar (pasar basah dan pasar kering) di satu lokasi.
Pun begitu, niatan tersebut menerima banyak reaksi. Salah satu contoh, sejumlah pelaku usaha di pasar basah merasa enggan. Sebab, mereka punya kekhawatiran kalau konsumen akan berkurang.
Sebagaimana disampaikan Kalimah, seorang pedagang sayur yang memang kurang sepakat kalau pasar dijadikan satu. Dirinya takut akan kehilangan pelanggan lama.
“Kalau saya tidak setuju ketika dijadikan satu lagi, takutnya para pelanggan akan lari. Selama ini kan sudah pada hafal tempat belanja di sini,” ujar Kalimah, kemarin.
Menata jaringan, sambung dia, terus mempunyai pelanggan tetap itu bukan perkara gampang dan butuh proses panjang dan tertatih. Sewaktu dahulu, memulai usaha jualan di pasar basah tidak serta merta mampu menarik konsumen.
“Dulu awal-awal juga sulit dapat pelanggan tetap. Namun, kini tiba-tiba Pemkab berencana memindahkan lokasi jualan di pasar basah ke Pasar Pon. Nanti harus memulai dari nol lagi,” keluh dia.
Bahkan, Kalimah berani memastikan kalau mayoritas teman-temannya (pedagang di pasar basah) tidak setuju terkait dengan pemindahan lokasi berjualan. Walaupun lingkungan jualan sekarang kurang representatif bagi sebagaian orang, akan tetapi tidak mempengaruhi omset pendapatan.
“Walau di sini terkesan biasa-biasa saja bahkan lumayan kotor, terpenting bisa untuk cari nafkah,” tandas Kalimah.
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar