Foto: Ketua TP PKK Trenggalek, Novita Hardini didampingi Kadispertapan, Imam Nuradi dalam soft launcing Perempuan Sarinah (Mondes/Her) TRENGGALEK – Mondes.co.id | Novita Hardini, istri Bupati Trenggalek yang juga anggota DPR RI turut mencarikan solusi dalam penanganan sampah di Bumi Menak Sopal.
Salah satunya dengan meluncurkan program “Perempuan Sarinah” yakni akronim dari Selesaikan Sampah Organik dan Limbah.
Agenda ini memiliki peranan penting dalam upaya penyelesaian persoalan sampah, sekaligus berdampak positif pada peningkatan ekonomi masyarakat.
Perempuan Sarinah sendiri lebih terfokus untuk alternatif solusi sampah organik rumah tangga.
Diolah sehingga menjadi pupuk padat maupun cair dengan penggerak Kelompok Wanita Tani (KWT).
Menurut Novita Hardini, ide tersebut muncul atas keprihatinannya terhadap berbagai fenomena akibat krisis iklim.
“Terkadang kita menunggu hujan sebagai berkah, namun di sisi lain muncul juga ketakutan hujan itu akan memicu banjir. Dampaknya menimbulkan kerusakan yang mempengaruhi perekonomian,” ungkapnya, Senin, 22 Desember 2025.
Melihat kondisi tersebut, lanjut Ketua Penggerak PKK Trenggalek ini, akhirnya dicarilah opsi demi mengentaskan persoalan lingkungan.
Di antaranya, pengelolaan sampah terstruktur yang bernilai ekonomis tinggi.
Sebagai contoh, program yang digagas tersebut nantinya menghasilkan produk pupuk organik.
Jelas bermanfaat bagi para petani karena sudah banyak keluhan mengenai kelangkaan maupun mahalnya pupuk di pasaran.
Langkah ini sebagai cara mewujudkan keadilan sosial agar masyarakat bisa hidup lebih tenang.
“Diharapkan petani akan lebih mudah mendapat pupuk. Belinya pun sukarela sesuai kemampuan masing-masing,” harap Novita.
Senada, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapan) Kabupaten Trenggalek, Imam Nur Hadi menambahkan, jika konsep Perempuan Sarinah bertujuan memisahkan penanganan jenis sampah secara lebih spesifik.
Limbah dari rumah tangga, warung, hingga dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan dikelola KWT di bawah pendampingan penyuluh pertanian.
“Pupuk organik cair (POC) hasil pengelolaan itu nanti bisa diambil petani secara gratis. Namun, demi keberlanjutan program, maka petani-petani penerima manfaat diharapkan bisa menyumbang seikhlasnya ke KWT,” pungkas Kadispertapan.
Editor: Mila Candra
Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini
Tidak ada komentar